We have a dream to spread peace in Indonesia and throughout the world and be the centre of exchange and preservation of our nation’s art and culture to the world and send positive messages to our young generation to love and uphold our beautiful traditions. We hope to introduce, develop, and maintain the variety of Indonesian culture to the young people of Indonesia who will be the next generation, to cultivate young audiences and to promote Indonesia to the world through traditional culture
We have a dream to spread peace in Indonesia and throughout the world and be the centre of exchange and preservation of our nation’s art and culture to the world and send positive messages to our young generation to love and uphold our beautiful traditions. We hope to introduce, develop, and maintain the variety of Indonesian culture to the young people of Indonesia who will be the next generation, to cultivate young audiences and to promote Indonesia to the world through traditional culture
Kamis, 20 Oktober 2016
47th CIOFF® World Congress will officially be held in Indonesia
Seni Budaya Nusantara Participated in World Folkloriada 2016
Seni Budaya Nusantara is a team consisted of CIOFF® Indonesia members. The preparation of the team started on September 2015 until July 2016. They brought about more than 8 performances to be presented in the festival. Some of them are Baris Wira Rebana dance from Bali, Greget Jawara dance from DKI Jakarta, Enggang and Balian medley dance from Borneo, Saman dance from Aceh, Topeng dance, Bubuka dance, and Bajidor Kahot dance from West Java, and so on.
Senin, 17 Oktober 2016
Erau Recognized as Top Cultural Festival In The Country
WISATAWAN yang bertandang dalam perhelatan Festival Erau 2016, mungkin sulit melupakan suara lantang menggebu-gebu Rita Widyasari, ketika membuka Festival Erau di Stadion Rondong Demang beberapa waktu lalu.
Ia menyampaikan optimistisnya, jika Festival Erau yang telah dikenal dunia ini, juga bakal memberikan dampak positif bagi pariwisata di Kukar bahkan Kaltim. Inovasinya menyelaraskan Festival Erau dan Erau International Folk Art Festival (EIFAF), semakin membuat para wisatawan dalam hingga luar negeri tertarik menginjakkan kakinya ke Kutai.
Perempuan yang biasa disapa Bunda oleh warganya itu juga sempat menceritakan sejarah Pesta Adat Erau. Selain menyimpan arti sakral, kegiatan tersebut menurutnya juga sebagai media pendidikan generasi penerus.
Pasalnya kata dia, dengan melestarikan budaya, diharapkan juga bisa ikut membentuk generasi berkarakter. Di tengah kesibukannya menyelenggarakan urusan pemerintahan, Rita juga menyempatkan diri berbaur bersama warga menjalankan satu per satu konten acara Erau.
Salah satunya makan bersama rakyat sambil “mengaspal” lalu menari dan larut dalam sukacita. Seolah tak ada batasan, Rita pun menunjukkan jika Festival Erau benar-benar acara rakyat dan untuk rakyat.
Setelah makin mendunia, Festival Erau pun resmi ditetapkan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI sebagai warisan budaya Indonesia. Erau dinobatkan sebagai warisan budaya Indonesia melalui Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2016, pada Kamis (15/9) lalu, di Jakarta.
Hanya selang sehari setelahnya, Erau kembali dinobatkan sebagai Festival Budaya Terpopuler (Most Populer Cultural Festival) di Indonesia. Erau bahkan mengalahkan Jember Fashion Carnival (JFC) yang juga marak dikunjungi turis mancanegara. Begitu juga dengan Festival Jailolo. Erau memperoleh nilai 26,4 persen tertinggi dibanding Jember Fashion Carnival 26,1 persen dan Festival Teluk Jailolo 13,6 persen.
Penghargaan tersebut diserahkan dalam penyelenggaraan anugerah Pesona Indonesia 2016 yang digagas pihak swasta bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Pemilihan destinasi atau objek wisata terpopuler berlangsung sejak 23 Mei 2016 sampai 23 Agustus 2016 melalui sebuah website. Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menyerahkan penghargaan itu, langsung mengucapkan selamat kepada Bupati Kukar Rita Widyasari.
Rita menyampaikan rasa bangganya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada apresiasi menteri yang dipastikan bakal ikut membesarkan pariwisata di Kukar. Penghargaan bergengsi ini bakal menjadi motivasi serta inovasi pengembangan pariwisata di Kukar. “Penghargaan ini akan kami pertahankan dengan melakukan kolaborasi agar digemari dan dinikmati masyarakat,” ujar Rita.
Ia mengakui keberhasilan Erau melekatnya Erau sebagai Festival Terpopuler itu tak lepas dari tingginya antusiasme masyarakat yang terlibat. Begitu juga dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat dalam acara tradisi leluhur tersebut.
Rita berharap, tak hanya Erau yang mendapat penghargaan, tetapi juga seperti kuliner khas Kutai dan lainnya. “Bersama pemerintah daerah lain berlomba-lomba menemukan surga wisata yang tersembunyi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni mengatakan, baik dirinya maupun bupati semula tak menyangka jika Festival Erau mampu menduduki peringkat teratas dalam kategori terpopuler tersebut.
Apalagi, lanjut dia, sejumlah festival budaya yang menjadi pesaing juga cukup dikenal baik di Nusantara maupun dunia. Salah satunya JFC yang menjadi ikon Kabupaten Jember. “Hingga dibacakan pengumumannya, kami sama sekali tidak percaya jika meraih penghargaan tersebut. Selisihnya dengan JFC hanya 0,3 persen saja. Sangat tipis sekali," ujar Sri.
Yang lebih membanggakan, berbagai tantangan mampu dilalui di setiap penyelenggaraan Erau. Seperti dua tahun terakhir, saat Jembatan Kartanegara belum rampung. Ditambah akses jalan poros Tenggarong-Loa Janan masih rusak, kunjungan wisatawan yang datang ke Festival Erau bisa mencapai 50 ribu orang.
Sedangkan tahun 2016 ini, keuangan APBD Kukar sedang dilanda badai defisit anggaran, namun penyelenggaraan Erau tetap meriah dan berjalan lancar.
Bupati Kukar bahkan memastikan meski tiap tahun anggaran untuk perhelatan Erau pelan-pelan dikurangi, namun angka kunjungan wisatawan justru mengalami peningkatan. “Yah, maksud ibu bupati juga menegaskan bahwa, dalam kondisi keuangan yang tidak bisa terhindarkan ini, kunjungan wisatawan ke Kukar justru meningkat. Makanya inovasi juga terus digalakkan agar pengunjung juga tidak bosan dalam perhelatan Erau. Tiap tahun selalu saja ada tantangan. Tapi, itulah yang menjadi salah satu motivasi kami,” paparnya.
Saat ini, penyelenggaraan EIFAF sangat memberi dampak positif terhadap ekonomi Kukar. Bahkan, hotel dan penginapan di Tenggarong sebagai pusat perayaan festival sudah tak muat menampung tamu dari luar.
Dengan kearifan lokal yang dimiliki Kukar, merupakan modal utama dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan latar belakang kerajaan tertua, berbagai potensi budaya dapat dikelola dan dikembangkan menjadi komoditas guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Bahkan Erau juga dikenalkan melalui film layar lebar yang berjudul Erau Kota Raja.
Dalam pembukaan EIFAF 2016 dilakukan oleh Direktur Kesenian Kementerian dan Kebudayaan, Kemendikbud RI Endang Caturwati. Acara pembukaan EIFAF 2016 berlangsung meriah dengan diawali parade grup kesenian dari lokal dan mancanegara.
Sepuluh grup kesenian mancanegara tampak antusias menyuguhkan kesenian khas negara asal masing-masing. Ribuan penonton yang hadir pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya hingga berkali-kali bertepuk tangan dan bersorak.
Delegasi luar negeri yang ikut mengirimkan delegasi keseniannya, yakni Taiwan, USA, Lithuania, Kanada, Polandia, Rumania, Estonia, Bulgaria, dan Rusia. Sedangkan delegasi kesenian Indonesia membawakan sejumlah tarian khas Kutai dan Dayak.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga pernah menyebutkan jika acara EIFAF berkontribusi menyumbang target 10 juta wisatawan ke Kaltim. Kukar menurutnya kini sangat diperhitungkan. Gubernur pun mengapresiasi upaya Bupati Kukar yang berinovasi dalam mengenalkan budaya Kutai ke mancanegara.
Untuk tahun ini, tercatat sebanyak 1.479 delegasi kesenian lokal yang hadir. Sedangkan delegasi mancanegara berjumlah 218 orang. Dalam acara pembukaan EIFAF tersebut juga turut dimeriahkan tarian tradisional yang melibatkan 150 penari. Pengiring musik langsung dibawakan Gerbang Raja Mini Orkestra yang memainkan traditional live music.
Tercatat, kunjungan wisatawan yang datang ke Kukar mengalami peningkatan sejak digelarnya EIFAF. Sebelum tahun 2013, pengunjung hanya berkisar 762.801 wisatawan per tahun. Pada 2014, naik menjadi 1.253.089. Sedangkan tahun 2015 kembali melonjak menjadi 1.450.748 orang. (pms/qi/rom/k15)
Kamis, 13 Oktober 2016
'Absence That Made Us Proud' - Puti Anindya featured on HAI! Magazine
Foto by : IG @putianindya |
Apa yang lo rasa ketika lo balik ke sekolah setelah satu bulan izin? Pasti bingung, banyak ketinggalan pelajaran, dan ditunggu dengan tugas yang banyaknya bukan main. Tapi, gimana kalau lo balik ke sekolah setelah satu bulan menampilkan budaya Indonesia di luar negeri yang pastinya, dilihat berbagai macam negara?
Itulah yang dirasakan Puti Anindya, siswi kelas 12 SMAN 37 Jakarta yang baru aja balik ke Indonesia setelah satu bulan pergi ke Meksiko. Cewek yang akrab disapa Anin ini mengaku rasanya campur aduk lantaran dia udah cukup lama nggak sekolah. Eits, bukan karena bolos dong tentunya. Alasan Anin nggak sekolah karena dia pergi ke negara lain untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mata dunia.
“Antara sedih, bete, dan bangga. Sedih karena harus ninggalin temen dan keluarga disini, bete karena balik-balik langsung disapa tugas, dan pastinya bangga banget bisa ikut berpartisipasi ngenalin budaya Indonesia ke negara lain,” aku cewek berusia 17 tahun itu.
Anin merupakan salah satu penari Indonesia yang turut berpartisipasi dalam acara CIOFF World Folkloriada, acara pertemuan seluruh CIOFF di dunia dalam rangka festival terbesarnya di Meksiko. Ternyata, nggak hanya Indonesia yang hadir di acara ini. Rumania, Turki, dan Portugal adalah tiga negara dari 46 negara yang hadir. Wah, pasti asyik banget ya guys bisa ketemu dan nonton langsung budaya dari berbagai belahan dunia.
Indonesia tentunya nggak mau kalah eksis. Para penari dari CIOFF Indonesia menampilkan beberapa tarian diantaranya tari Topeng, tari Ginjiring, tari Saman, dan tari Bajidor.
“Grup dari Indonesia dibagi jadi dua tim. Aku kebagian untuk nari tari Bajidor, tari Greget Jawara, tari Topeng, tari Ginjring, dan tari Saman,” terang Anin. “Sedangkan tim satu lagi kebagian untuk nari Bubuka, Enggang, Balian Bawo dan tari Wirarebana.”
Gimana sih perasaan Anin yang udah berhasil untuk nunjukin budaya Indonesia ke kancah internasional?
“Rasanya udah pasti bangga banget, budaya kita diapresiasi sama negara lain di festival yang bisa dibilang besar ditambah negara yang ikut serta nggak kalah luar biasa. Dengan bisa belajar budaya negara lain dan mereka juga bisa kenal serta belajar tentang budaya kita itu suatu kesenangan yang nggak bisa gue ungkapin.” Tutur Anin.
Kita sebagai remaja Indonesia udah wajib hukumnya untuk bangga dengan budaya kita. Indonesia memang negeri yang kaya akan keanekaragaman yang harus kita lestarikan, jangan sampai budaya kita hilang atau malah diambil orang lain.
Salut deh sama Anin! (T-HSC#6)
Laporan: Latifah Hanum Khairunnisa (SMA Negeri 37 Jakarta)
Artikel ini ditulis sebagai bagian dari program 7 Hari Bercerita yang diikuti oleh HAI School Crew, komunitas wartawan pelajar HAI.