Selasa, 30 Juli 2019

Diikuti 7 Negara, Pemkab Ponorogo Gelar Festival Topeng Internasional


By Redaksi Teras Jatim, Terasjatim.com, 29 Juli 2019
TerasJatim.com, Ponorogo – Sebagai upaya untuk mengenalkan kesenian Ponorogo lebih luas lagi, Pemkab Ponorogo menggelar Festival Topeng Internasional. Parade budaya yang dikemas dalam Ponorogo Mask and Folklore ini berlangsung selama 4 hari mulai, dari Sabtu (27/07/19) hingga Selasa (30/07/19).
Sebanyak 7 negara dan 7 perwakilan daerah di Indonesia turut memeriahkan acara ini, yaitu Rusia, Slovakia, Uzbekistan, Korea Selatan, Timur Leste, Equador dan Meksiko. Sedangkan dari tuan rumah diwakili kesenian Dongkrek dari Madiun dan beberapa kesenian asal Malang dan Madura.
Rangkaian acara ini diawali dengan penanaman pohon di Wengker Park, pada Sabtu pagi (27/07/19) yang dilanjutkan dengan jumpa pers siang harinya di Pendopo Agung Ponorogo. Bupati Pnorogo H. Ipong Muchlissoni mengatakan, festival ini digelar sebagai bentuk komitmen Pemkab Ponorogo untuk mewujudkan misinya, yaitu Ponorogo lebih maju, berbudaya dan religius. Selain juga untuk mengenalkan kesenian Ponorogo ke dunia luar.
“Festival topeng internasional ini sebagai bentuk komitmen kami untuk mewujudkan misi Ponorogo lebih maju dan berbudaya. Dengan acara ini diharapkan dapat mengenalkan kesenian dan potensi wisata Ponorogo ke dunia luar. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Dinas Pariwisata dengan CIOFF. Dan saya harap bisa diadakan setiap tahun dengan peserta yang lebih banyak,“ ungkapnya.
Sore harinya, semua delegasi yang berjumlah 180 orang itu mengikuti parade budaya yang digelar di sepanjang Jalan Gajahmada-Jalan. Jendral Sudirman hingga paseban Aloon-aloon. Setiap delegasi mewakili adat dan budaya negara masing-masing mempersembahkan kreasi seni baik berupa kostum, topeng maupun tarian.
Sebagai contoh kontingen dari Timur Leste yang mengusung 2 topeng, berupa orang tua dan perempuan yang dipadukan dengan alat musik dan tarian. Sebagai tuan rumah, Ponorogo mempersembahkan reyog lengkap dengan Jathil dan Bujang Ganong.
“Melalui even ini diharapkan dapat mendongkrak sektor pariwisata di Ponorogo sehingga perekonomian masyarakat juga meningkat. Masing-masing delegasi diminta memasang foto-foto kegiatan selama di Ponorogo. Dengan begitu Ponorogo makin dikenal dan makin banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Ponorogo,“ imbuh Ipong.
Agenda kegiatan di hari Minggu adalah pementasan di Aloon-aloon Ponorogo. Sedangkan Senin malam delegasi dari 7 negara akan menyuguhkan persembahan di Gedung Kesenian Ponorogo. Untuk mengenalkan obyek wisata di Ponorogo, di hari Selasa rangkaian festival topeng akan digelar di Telaga Ngebel. Di tempat ini, tim akan disuguhi penampilan reyog Ponorogo.
Festival topeng internasional akan ditutup secara resmi oleh Bupati Ponorogo pada Selasa (30/07/19) malam di pangung utama Aloon-aloon Ponorogo.
“Kami berharap even ini dapat terlaksana tiap tahun dengan berbagai inovasi yang lebih baik lagi. Namun semua akan terlaksana apabila keamanan di Ponorogo benar-benar terjamin. Tentunya kerjasama semua pihak sangat diharapkan untuk even yang lebih baik di tahun yang akan datang,“ pungkas Ipong. (Any/Adv)

Source link: https://www.terasjatim.com/diikuti-7-negara-pemkab-ponorogo-gelar-festival-topeng-internasional/

Kamis, 25 Juli 2019

Kota Surabaya Gelar Cross Culture International Festival 2019

Delegasi dari negara Meksiko sedang menunjukkan aksinya. Foto: Semangat45.net


By Semangat45.net, 23 Juli 2019

Surabaya, SEMANGAT45.net – Pemkot Surabaya menggelar Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2019 di sepanjang Jalan Tunjungan, Surabaya, Ahad (21/7). Ratusan peserta dari mancanegara dan perwakilan kota dari berbagai provinsi di Indonesia turut meramaikan festival cross culture internasional yang bertemakan folk art ini .
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan, acara ini kembali digelar kesekian kalinya untuk memberikan asupan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat terutama warga Kota Surabaya. Melalui perhelatan Cross Culture 2019 ini, ia ingin memberikan edukasi melalui kebudayaan lintas daerah kepada masyarakat Surabaya.
Menurutnya, nilai pendidikan yang ditanamakan pada warga Kota Surabaya itu, merupakan hal yang paling penting. Mengingat tahun 2020 nanti, Indonesia akan memasuki perdagangan era pasar bebas. Setiap Negara di belahan dunia bebas berlalu lalang dalam proses perdagangan.
“Harapan saya itu anak-anak bisa menjadi one work nation. Tahun 2020 ini tepatnya sudah tahun depan, kita semua mengalami kesepakatan perdagangan pasar bebas,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Risma menyebut, salah satu keberhasilan acara ini adalah menaikkan sektor ekonomi secara langsung. Hal tersebut dapat dirasakan dari hotel, tempat wisata, kuliner, yang nyaris full di tiap harinya selama seminggu ini.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini memastikan akan terus berupaya untuk mengembangkan evenbtersebut. Karena itu ia berharap, perhelatan ini bisa lebih meriah di tahun-tahun ke depan.
“Konsepnya terus kita kembangkan, bisa nanti dibuat semacam flow jalan, setelah itu baru pesertanya bisa menari,” imbuhnya.
Acara tahunan ini juga mendapat apresiasi dari President Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (Cioff), Said Rachmad. Ia mengaku, ketika mengundang teman-temannya untuk mengikuti Festival Cross Culture di Surabaya ini, langsung banyak mendapat respons positif. Bahkan menurutnya, festival ini sudah dikenal di luar negeri.
“Sebenarnya banyak sekali yang mau ikut tergabung. Festival Cross Culture 2019 ini sudah sangat dikenal di luar negeri. Apalagi Kota Surabaya yang sekarang banyak sekali dipuji-puji kebersihannya oleh orang luar,” kata Said.
Tidak hanya Presiden Cioff, Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Solok, Ratnawati juga kagum melihat Kota Surabaya. Kunjungannya yang pertama kali ini, membulatkan tekad bahwa setelah ini ia bersama jajarannya akan berkunjung kembali untuk sharing informasi dengan Risma.
Menurutnya, selama ini apa yang diceritakan orang tentang Kota Surabaya ternyata benar. Mulai dari kebersihan, hingga pedestrian yang ramah pejalan kaki, memang patut diapresiasi. Apalagi, dengan sosok kepemimpinan Risma yang dinilai tegas dan bijaksana.
Acara yang berlangsung sejak pukul 08.00 WIB itu, diikuti oleh 13 perwakilan negara dan 5 lintas provinsi di Indonesia. Silih berganti para peserta menampilkan atraksi budaya dan tarian tradisional dengan iringan musik khas kota masing-masing.
Penampilan diawali dari negara Republik Ceko, Jepang, Jawa Barat, Banggai, Polandia, Timor Leste, Solok, Uzbekhistan, Pangkal Pinang, Italia, Thailand, dan Meksiko.
Selama penampilan berlangsung, warga terlihat begitu antusias menyaksikan. Teriakan dan tepuk tangan hampir menutupi suara musik pengiring di tiap awal dan akhir pertunjukan. Tak terkecuali, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sambil melambai-lambaikan tangan ia memberi salam dan semangat kepada para peserta.
Setelah menampilkan festival tari-tarian, para peserta diarak menggunakan becak yang sudah dihias menuju rumah kediaman wali kota, Jalan Sedap Malam, Surabaya. (*)
 Delegasi Republik Ceko

Delegasi Thailand

Delegasi Jepang

Delegasi Bulgaria

Delegasi Polandia

Delegasi Rusia

Delegasi Uzbekistan

Delegasi India

Delegasi Italia


Delegasi Kota Solok, Sumatera Barat


Source link: https://semangat45.net/budaya/2019/07/23/cross-culture-festival-2019-bukti-surabaya-kota-wisata-kelas-dunia/

Selasa, 16 Juli 2019

Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 Perkenalkan Ikon Budaya dan Kuliner Bojonegoro


By Banten.co, 15 Juli 2019
Banten.co Suasana di Kabupaten Bojonegoro makin terasa lebih semarak dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 (Bojonegoro TIFF).
Perhelatan akbar ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bekerjasama dengan Conseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d’Arts Traditionnels (CIOFF®) Indonesia Section pada 14-18 Juli 2019. Tujuan utama acara ini adalah untuk memperkenalkan Tari Thengul sebagai ikon budaya, dan Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah mengungkapkan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini, mengingat persiapan Bojonegoro TIFF memakan waktu yang panjang serta melibatkan banyak stakeholders.
“Kami mengapresiasi semua pihak yang turut mempersiapkan pagelaran akbar ini. Harapannya, dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Bojonegoro, baik wisatawan lokal maupun internasional. Kami juga ingin menegaskan ikon budaya Bojonegoro yaitu Tari Thengul serta Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner, sehingga bisa mendukung promosi branding “Pinarak Bojonegoro” yang sedang kami galakkan,” jelas Anna Muawanah.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 (Bojonegoro TIFF)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Amir Syahid mengatakan bahwa pada acara ini, CIOFF Indonesia mendatangkan delegasi kesenian dari empat negara, yaitu Bulgaria, Polandia, Thailand, dan Meksiko.
Ada sekitar 103 seniman dari keempat negara tersebut yang akan menampilkan kesenian masing-masing di lokasi yang berbeda-beda, antara lain Pendopo Malowopati, Jl. P Mas Tumapel, Jl. MH Thamrin, Stadion Letjen H. Sudirman, Alun-alun, Dander Water Park, dan Wonocolo.
“Kami berharap melalui tampilnya kesenian dari keempat negara ini, masyarakat bukan hanya terhibur namun juga lebih terbuka wawasannya terhadap negara lain, dan kita sendiri bisa mempromosikan kesenian khas Bojonegoro untuk nanti bisa disebarluaskan mereka di negara masing-masing,” ungkap Amir Syahid.
Informasi saja, Bojonegoro TIFF berisikan rangkaian acara mulai dari Festival Lontong Kikil Trucuk, Opening Ceremony, Lomba Cipta Menu Nasi Buwuhan bersama Chef Juna, Street Performance, Pertunjukan Seni Empat Negara, Culture Visit, Culture Night, Workshop Kesenian Rakyat, Pagelaran Wayang Thengul, Tari Parang Barong, Praktik Membatik, Penanaman Pohon di Wonocolo, dan yang menjadi daya tarik utama adalah Pemecahan Rekor MURI Tari Thengul kolosal 2.019 penari dan Pemecahan Rekor MURI 25.000 Nasi Buwuhan.
Tari Thengul kolosal melibatkan sekitar 2.050 pelajar di Bojonegoro, yaitu 1.080 pelajar dari tingkat 50 SD, 510 pelajar dari tingkat 20 SMP, serta 447 pelajar dari tingkat SMA/SMK. Ada 91 pelatih yang bertugas melatih gerakan para pelajar ini, termasuk pula mempersiapkan pengaturan posisi penari yang akan tampil bersamaan mulai dari Lapangan Desa Trucuk, Jembatan Sosrodilogo, lapangan di bawah jembatan, serta bantaran sungai Bengawan Solo. Jembatan Sosrodilogo sendiri merupakan jembatan di wilayah Kecamatan Trucuk yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo, penghubung Kota Bojonegoro.
Tari Thengul merupakan tarian tradisional Bojonegoro yang terinspirasi dari Wayang Thengul. Tahun 2018 lalu Wayang Tengul mendapatkan penetapan sebagai warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Di tahun yang sama, Tari Thengul mendapatkan penetapan sebagai hak kekayaan inteletual (HAKI). Gerakan Tari Thengul memiliki ciri khas tersendiri, yaitu kaku dengan ekspresi yang lucu.  Ditambah dengan tata rias wajah dengan menggunakan bedak putih ala topeng serta busana yang mendukung, membuat tari ini sangat unik, memunculkan kesan humor serta menghibur dalam setiap pertunjukannya.
Sedangkan Sego (Nasi) Buwuhan merupakan kuliner khas Bojonegoro yang sebelumnya hanya bisa diperoleh pada saat hajatan, namun sekarang menjadi makanan yang merakyat karena bisa disantap setiap hari. Nasi Buhuwan berbentuk seperti lontong yang dibungkus dengan daun jati yang sudah didasari daun pisang.
Isian Nasi Buwuhan ada buah papaya muda atau blonceng ditambah kacang tolo dibumbu kuning tanpa santan, momoh tempe lombok, daging bumbu terik dan srundeng kering. Dengan penyajian 25.000 Nasi Buwuhan ini, maka seluruh peserta yang hadir bisa menikmati hidangan ini bersama-sama, baik tamu lokal dan mancanegara.

Source link: http://banten.co/bojonegoro-thengul-international-folklore-festival-2019-perkenalkan-ikon-budaya-dan-kuliner-bojonegoro/