Senin, 28 Oktober 2019

Sumpah Pemuda: SD Islam Al Azhar Kembangan Meraih Gold Award

Sebanyak 25 orang pemuda dari SD Islam Al Azhar Kembangan baru saja mengikuti kompetisi yang bertajuk, "Malaysia International Open Dance Competition 2019". Kompetisi ini dilaksanakan pada tanggal 25-26 Oktober 2019 yang berlokasi pada SRI KDU International School, Kuala Lumpur. SD Islam Al Azhar mengirimkan dua grup yang mewakili sekolah dan negaranya, Indonesia. Grup tersebut bernama Zamrud Khatulistiwa dan Gemulai Srikandi Nusantara.


Grup Indonesia yang diwakili oleh SD Islam Al Azhar Kembangan bertanding melawan puluhan grup tari dari berbagai negara yang diantaranya adalah Malaysia, Hongkong, India, Filipina, China, Iran, dan lainnya. Indonesia bertanding pada kategori Folklore Children Group Competition. Mereka membawakan dua buah tarian, yaitu tari Tor-Tor dari Sumatera Utara dan tari Tokecang dari Jawa Barat. 


Perjuangan grup SD Islam Al Azhar Kembangan selama satu setengah bulan ternyata membuahkan hasil yang membanggakan. Grup Zamrud Khatulistiwa berhasil memenangkan juara ketiga dan meraih Gold Award, sedangkan Grup Gemulai Srikandi Nusantara meraih Silver Award.

Kesuksesan grup SD Islam Al Azhar patut diberikan apresiasi dan dicontoh. Pasalnya, kemenangan mereka adalah sebagai wujud pemuda Indonesia yang masih mempertahankan budayanya. Selain itu, kemenangan diraih tidak jauh dari Hari Sumpah Pemuda. 

Mari seluruh pemuda Indonesia mencontoh semangat dari grup SD Islam Al Azhar dalam mengharumkan nama Indonesia.


 Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-91.
 Bersatu Kita Maju!


Perjalanan Asas Sumpah Pemuda


“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.”

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.”

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung  bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”


Ketiga kalimat di atas adalah bunyi dari Sumpah Pemuda atau yang disebut sebagai ikrar. Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Sumpah Pemuda sendiri adalah hasil keputusan dari Kongres Pemuda Kedua yang dilangsungkan pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia yang sekarang dikenal sebagai Jakarta. 

Pada Kongres kedua, juga dibahas tentang pendidikan, bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak harus dididik secara demokratis. Sedangkan kongres pertama membahas uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. 

Rumusan Sumpah Pemuda awalnya ditulis oleh Moehammad Yamin pada sebuah kertas di sesi 
terakhir dari kongres tersebut. Keputusan dari Sumpah Pemuda ini diharapkan dapat menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia. 

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan dan dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman, pada sesi akhir kongres. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 dan menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yang juga sebagai hari nasional. Sumpah Pemuda juga dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka. 


Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-91.

Bersatu Kita Maju.

Sabtu, 21 September 2019

136 Kesenian Daerah dan 7 Tim Kesenian Mancanegara Bakal Meriahkan TIFAF

FOTO Tampilan tim kesenian daerah Kukar dan kesenian mancanegara bakal meriahkan TIFAF.

By Medsi01, Humas.kukarkab.go.id, 19 September 2019

TENGGARONG -Tenggarong International Folk Art Festival (TIFAF) 2019 yang digelar pada 21 – 29 September 2019 di Tenggarong, rencananya akan dimerihkan tujuh tim kesenian mancanegara. Kepala Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara Sri Wahyuni mengatakan, tujuh tim kesenian internasional tersebut yakni dari Belanda, Romania, Rusia, Thailand, Timor Leste, Korea Selatan dan Peru, yang merupakan bagian dari CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts).

"Tentunya festival ini akan semakin meriah dengan penampilan grup kesenian rakyat yang ada di Kutai Kartanegara," ujar Sri saat memimpin rapat persiapan Tenggarong International Folk Art Festival (TIFAF) 2019, di ruang rapat BPKAD Lantai III Gedung B Kompleks Perkantoran Bupati Kukar Tenggarong, pekan tadi. Dikatakannya, untuk sementara tercatat ada 136 Grup kesenian daerah yang akan memeriahkan TIFAF. Kemudian sanggar tari keraton 2 Grup, Paguyuban 10 grup. Selain itu ada Drum Band 2 grup, sanggar seni Melayu Kutai Jepen 41 grup, rudat 1 grup, teater tradisional mamanda 2 grup, tingkilan 9 grup, Tarsul 10 grup, Ngapeh ada 24 kelompok.

Selain itu ada juga grup kesenian rakyat Kutai Kartanegara Kelompok seni religi seperti Hadrah 1 , grup Habsyi 1 grup dan Samrah 1 grup. Ada juga sanggar seni pedalaman Dayak Benuaq 12 grup, Dayak Kenyah 10 grup, Dayak Modang 1 grup, serta Dayak Lundayeh 1 grup. Semantara itu, untuk lokasi kegiatan TIFAF 2019 menurut Sri dipusatkan di Kota Raja Tenggarong, diantaranya lapangan basket tepian turap Mahakam sebagai lokasi panggung utama. Pulau Kumala (Street Performance dan Tenggarong Hijau), Lamin Adat di Pulau Kumala (kunjungan budaya dan eksebisi permainan tradisional), halaman Kantor Bupati (penutupan festival).

Sri mengatakan, peringatan hari jadi Kota Tenggarong dan pesta adat Erau dan IFAF untuk tahun 2019 ini sedikit berbeda pelaksanaannya, karena kegiatannya digelar terpisah, yaitu Erau adat keraton dilaksanakan tersendiri tanpa digabung dengan IFAF. Sehingga IFAF dilaksanakan terpisah dengan nama Tenggarong International Folk Art Festival (TIFAF). Festival kesenian rakyat internasional atau TIFAF yang dulu dikenal EIFAF dilaksanakan pada 21 – 29 September 2019.

Berbagai macam kemeriahan dilaksanakan dalam meramaikan TIFAF yaitu, karnaval seni intersional-pentas kesenian rakyat Internasional, street performance, festival Seni Daerah Kutai, kunjungan ke sekolah dan permainan tradisional. Kemudian ada gelar upacara adat pedalaman, pameran pariwisata dan perdagangan, Tenggarong hijau, kunjungan budaya serta ziarah makam raja raja Kutai Kartanegara.

Source link: https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2019/13174/136-kesenian-daerah-dan-7-tim-kesenian-mancanegara-bakal-meriahkan-tifaf.html

Senin, 05 Agustus 2019

SMA Islam Al Azhar 3 Bakal Menari Ratoh Jaroe di Nyirseg Internasional Folk Dance Festival


SMA Islam Al Azhar 3
By Riandar Fata Hudaya, Akurat.co, 4 Agustus 2019
AKURAT.CO, Organisasi budaya Internasional, CIOFF Indonesia membawa SMA Islam Al Azhar 3, Jakarta mewakili Indonesia unjuk kebolehan dalam festival seni-budaya Internasional, Nyirseg Internasional Folk Dance Festival yang ke-9.
Festival tersebut berlangsung di kota Nyiregyhaza, Hongaria pada pertengahan Agustus 2019. Ada delapan negara yang ikut meramaikan festival tersebut dan selain Indonesia, juga Wakil dari Asia ialah India.
Sekolah SMA Islam Al Azhar 3 akan mengirim 28 orang terdiri dari siswa-siswi, untuk menampilkan sejumlah tarian Tradisonal dan menampilkan permainan musik - musik kontemporer yang mengiringi tarian tersebut.
Diantara tarian tradisional tersebut, salah satunya siswa-siswi SMA Islam Al Azhar 3 akan menampilkan Tarian Ratoeh Jaroe. 
Tari Ratoeh Jaroe merupakan tarian yang ditampilkan pada pembukaan Asian Games 2018 di GBK, Senayan pada Agustus lalu. Tarian tersebut sempat viral lantaran memukau para penonton dan kontingen dari negara-negara peserta Asian Games.
Hal itu diutarakan oleh Endah Sri Lestari selaku pembina ekstakurikuler tari saat ditemui dalam acara pelepasan SMA Islam Al Azhar 3 - Jakarta Goes to 9th Nyirseg Internasional Folk Dance Festival, Nyiregyhaza- Hungary belum lama ini.
"Diantaranya, tentu Tari Ratoh Jaroe (asal Aceh), Tari Piring (Sumatera Barat), Tari Yapong (asal Jakarta), Tari Tokecang (Jawa Barat), Tari Saman (Aceh), Tari dari Papua," ujar Endah Sri Lestari.
Tari Ratoh Jaroe berasal dari Naggroe Aceh Darussalam. Banyak orang keliru antara Tari Ratoh Jaroe dengan Tari Saman. Padahal keduanya beda.
Penari Tari Ratoh Jaroe saat menari dalam posisi duduk, menggelengkan kepala ke kanan-kiri, menepuk dada, berlutut dan membungkukan dada.
Tari Ratoh Jaroe akan terlihat sempurna jika penari menggerakannya secara kompak dan mengikuti irama musik yang disebut Rapai. Jika Rapai sudah dimainkan, maka penari langsung mengatur posisinya dan mulai penari.
Said Rachmat selaku President of CIOFF Indonesia.
Endah menjelaskan murid - murid yang ikut menari, latihannya Sabtu dan Minggu. Tiap latihan, kurang lebih bisa 4 jam. Kemudian, memberi yang terbaik untuk murid, Endah menjelaskan pihak sekolah sampai menyewa jasa pelatih profesional.
"Untuk latihan ada program dari EO (event organizer alias pelatih) EO ini saya sudah kenal lama. Mereka tentu hebat-hebat," jelasnya.
Said Rachmat selaku President Of CIOFF Indonesia dalam kesempatan wawancara, menegaskan tarian tradisional ditampilkan dalam Nyirseg Internasional Folk Dance Festival dipastikan original tanpa dimodifikasi apapun.
"Tariannya gak ada (modifikasi). Original semua. Namun Kita memang memodifikasi sedikit dibagian musik kontemporernya. Sehingga tidak dominan tradisionalnya. Karena ini - kan Internasional," kata Said Rachmat.
Said Rachmat mengatakan murid SMA Islam Al Azhar 3 juga bakal tampil dihadapan Dubes RI untuk Hongaria, AH Dimas Wahab.
"Nanti disana kita akan berkunjung dan menampilkan satu tarian di depan Dita Besar ( Duber RI untuk Hongaria)," tukasnya.
"Kita akan berangkat tanggal 13 Agustus (2019) ke Kota Budapest, lalu lanjut menuju Nyiregyhaza, (itu) kota dimana Festival diadakan. Diharapkan 14 (Agustus 2019) sudah berada ditempat festival," tambahnya.[]

Jumat, 02 Agustus 2019

PIFAF 2019 Pikat Wisatawan dengan Atraksi Street Dance

Ilustrasi/Foto: Dok. Kemenpar


By Moch Prima Fauzi, Travel.detik.com, 1 Agustus 2019

Jakarta - Polewali Mandar Folk and Art Festival (PIFAF) 2019 mulai digelar hari ini. Ajang ini dirancang untuk mengangkat potensi wisata Polewali Mandar (Polman).

Digelar hingga 7 Agustus nanti, PIFAF 2019 diikuti peserta berbagai negara dengan agenda yang cukup padat, salah satunya gelaran street dance di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Tapango, Bulo, Mapilli, Limboro dan Polewali.

"Ini keren. Cara efektif untuk memperkenalkan potensi pariwisata di penjuru Polman. Jadi konsep acaranya tidak tercentral di satu titik, tetapi menyebar diseluruh tempat. Dengan itu seluruh potensi yang ada semakin terangkat," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Kamis (1/8/2019).

Street dance akan dimulai di Kecamatan Bulo. Lokasinya berada di SMPN 6 Wonomulyo pada Jumat (2/8), pukul 15.30 WITA. Di mana dijadwalkan tiga delegasi negara akan tampil di tempat ini yakni India, Ceko dan Korea Selatan.

Street dance kedua berlanjut di Lapangan sepakbola Kecamatan Limboro, Sabtu (3/8). Sama seperti hari sebelumnya, acara dimulai pukul 15.30 WITA. Di tempat ini giliran delegasi dari Timor Leste, Ekuador, Slovakia yang dijadwalkan tampil.

Pasar Pelitakan Kecamatan Tapango, menjadi destinasi selanjutnya pelaksanaan street dance, Senin (5/8). Dijadwalkan delegasi Timor Leste, Ekuador dan Slovakia akan tampil di tempat ini. Agenda street dance keempat beralih ke Kecamatan Mapilli, Selasa (6/8) di mana delegasi Ceko, Korsel dan India akan pentas di Sport Centre Mapilli.

"Saya yakin ini akan menjadi corong marketing yang baik. Karena mereka datang dan tampil di berbagai tempat. Ini tentu menjadi pengalaman yang unik yang menjadi sebuah cerita menarik. Belum lagi postingan mereka di media sosial ketika mereka berkunjung ke Polman. Ditambah lagi efek pemberitaan media yang semakin mengangkat nama Polman itu sendiri," ujar Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calendar of Event (CoE) Esthy Reko Astuti.

Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Rizki Handayani mengapresiasi upaya maksimal yang dilakukan untuk mengangkat potensi wisata lewat PIFAF 2019. Dengan itu PIFAF menjadi corong promosi yang efektif disamping sebagai atraksi mendatangkan wisatawan.

"Memang seharusnya seperti itu. Atraksi wisata menjadi alat untuk mempromosikan berbagai potensi wisata yang ada di daerah. Apalagi delegasi peserta PIFAF ini berasal dari berbagai negara. Tentunya cerita ini akan mereka bawa pulang dan menjadi corong efektif memperkenalkan potensi pariwisata Polman ke dunia internasional," kata Rizki yang diamini Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Plt Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Polman, Andi Masri Masdar menjelaskan, berbagai rangkaian acara jelas ditujukan untuk mempromosikan potensi pariwisata Polman. Mulai kunjungan ke tempat wisata hingga mementaskan kesenian dari negara masing-masing. Dari kelima tempat tersebut dilakukan survei pihak Counseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d'art Traditionnels (CIOFF) Indonesia.

"Delegasi enam negara peserta ini pun kita bawa mengunjungi sentra kerajinan dan pariwisata. Termasuk kunjungan ke wisata edukasi pelestarian penyu di Pantai Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo. Mereka pun akan diajak memeriahkan Sandeq Race 2019 pada Rabu (7/8). Termasuk juga mengunjungi berbagai destinasi yang lainnya di Polman. Semoga upaya ini semakin membuat pariwisata Polman tampil di pentas dunia," paparnya.




Selasa, 30 Juli 2019

Diikuti 7 Negara, Pemkab Ponorogo Gelar Festival Topeng Internasional


By Redaksi Teras Jatim, Terasjatim.com, 29 Juli 2019
TerasJatim.com, Ponorogo – Sebagai upaya untuk mengenalkan kesenian Ponorogo lebih luas lagi, Pemkab Ponorogo menggelar Festival Topeng Internasional. Parade budaya yang dikemas dalam Ponorogo Mask and Folklore ini berlangsung selama 4 hari mulai, dari Sabtu (27/07/19) hingga Selasa (30/07/19).
Sebanyak 7 negara dan 7 perwakilan daerah di Indonesia turut memeriahkan acara ini, yaitu Rusia, Slovakia, Uzbekistan, Korea Selatan, Timur Leste, Equador dan Meksiko. Sedangkan dari tuan rumah diwakili kesenian Dongkrek dari Madiun dan beberapa kesenian asal Malang dan Madura.
Rangkaian acara ini diawali dengan penanaman pohon di Wengker Park, pada Sabtu pagi (27/07/19) yang dilanjutkan dengan jumpa pers siang harinya di Pendopo Agung Ponorogo. Bupati Pnorogo H. Ipong Muchlissoni mengatakan, festival ini digelar sebagai bentuk komitmen Pemkab Ponorogo untuk mewujudkan misinya, yaitu Ponorogo lebih maju, berbudaya dan religius. Selain juga untuk mengenalkan kesenian Ponorogo ke dunia luar.
“Festival topeng internasional ini sebagai bentuk komitmen kami untuk mewujudkan misi Ponorogo lebih maju dan berbudaya. Dengan acara ini diharapkan dapat mengenalkan kesenian dan potensi wisata Ponorogo ke dunia luar. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Dinas Pariwisata dengan CIOFF. Dan saya harap bisa diadakan setiap tahun dengan peserta yang lebih banyak,“ ungkapnya.
Sore harinya, semua delegasi yang berjumlah 180 orang itu mengikuti parade budaya yang digelar di sepanjang Jalan Gajahmada-Jalan. Jendral Sudirman hingga paseban Aloon-aloon. Setiap delegasi mewakili adat dan budaya negara masing-masing mempersembahkan kreasi seni baik berupa kostum, topeng maupun tarian.
Sebagai contoh kontingen dari Timur Leste yang mengusung 2 topeng, berupa orang tua dan perempuan yang dipadukan dengan alat musik dan tarian. Sebagai tuan rumah, Ponorogo mempersembahkan reyog lengkap dengan Jathil dan Bujang Ganong.
“Melalui even ini diharapkan dapat mendongkrak sektor pariwisata di Ponorogo sehingga perekonomian masyarakat juga meningkat. Masing-masing delegasi diminta memasang foto-foto kegiatan selama di Ponorogo. Dengan begitu Ponorogo makin dikenal dan makin banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Ponorogo,“ imbuh Ipong.
Agenda kegiatan di hari Minggu adalah pementasan di Aloon-aloon Ponorogo. Sedangkan Senin malam delegasi dari 7 negara akan menyuguhkan persembahan di Gedung Kesenian Ponorogo. Untuk mengenalkan obyek wisata di Ponorogo, di hari Selasa rangkaian festival topeng akan digelar di Telaga Ngebel. Di tempat ini, tim akan disuguhi penampilan reyog Ponorogo.
Festival topeng internasional akan ditutup secara resmi oleh Bupati Ponorogo pada Selasa (30/07/19) malam di pangung utama Aloon-aloon Ponorogo.
“Kami berharap even ini dapat terlaksana tiap tahun dengan berbagai inovasi yang lebih baik lagi. Namun semua akan terlaksana apabila keamanan di Ponorogo benar-benar terjamin. Tentunya kerjasama semua pihak sangat diharapkan untuk even yang lebih baik di tahun yang akan datang,“ pungkas Ipong. (Any/Adv)

Source link: https://www.terasjatim.com/diikuti-7-negara-pemkab-ponorogo-gelar-festival-topeng-internasional/

Kamis, 25 Juli 2019

Kota Surabaya Gelar Cross Culture International Festival 2019

Delegasi dari negara Meksiko sedang menunjukkan aksinya. Foto: Semangat45.net


By Semangat45.net, 23 Juli 2019

Surabaya, SEMANGAT45.net – Pemkot Surabaya menggelar Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2019 di sepanjang Jalan Tunjungan, Surabaya, Ahad (21/7). Ratusan peserta dari mancanegara dan perwakilan kota dari berbagai provinsi di Indonesia turut meramaikan festival cross culture internasional yang bertemakan folk art ini .
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan, acara ini kembali digelar kesekian kalinya untuk memberikan asupan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat terutama warga Kota Surabaya. Melalui perhelatan Cross Culture 2019 ini, ia ingin memberikan edukasi melalui kebudayaan lintas daerah kepada masyarakat Surabaya.
Menurutnya, nilai pendidikan yang ditanamakan pada warga Kota Surabaya itu, merupakan hal yang paling penting. Mengingat tahun 2020 nanti, Indonesia akan memasuki perdagangan era pasar bebas. Setiap Negara di belahan dunia bebas berlalu lalang dalam proses perdagangan.
“Harapan saya itu anak-anak bisa menjadi one work nation. Tahun 2020 ini tepatnya sudah tahun depan, kita semua mengalami kesepakatan perdagangan pasar bebas,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Risma menyebut, salah satu keberhasilan acara ini adalah menaikkan sektor ekonomi secara langsung. Hal tersebut dapat dirasakan dari hotel, tempat wisata, kuliner, yang nyaris full di tiap harinya selama seminggu ini.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini memastikan akan terus berupaya untuk mengembangkan evenbtersebut. Karena itu ia berharap, perhelatan ini bisa lebih meriah di tahun-tahun ke depan.
“Konsepnya terus kita kembangkan, bisa nanti dibuat semacam flow jalan, setelah itu baru pesertanya bisa menari,” imbuhnya.
Acara tahunan ini juga mendapat apresiasi dari President Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (Cioff), Said Rachmad. Ia mengaku, ketika mengundang teman-temannya untuk mengikuti Festival Cross Culture di Surabaya ini, langsung banyak mendapat respons positif. Bahkan menurutnya, festival ini sudah dikenal di luar negeri.
“Sebenarnya banyak sekali yang mau ikut tergabung. Festival Cross Culture 2019 ini sudah sangat dikenal di luar negeri. Apalagi Kota Surabaya yang sekarang banyak sekali dipuji-puji kebersihannya oleh orang luar,” kata Said.
Tidak hanya Presiden Cioff, Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Solok, Ratnawati juga kagum melihat Kota Surabaya. Kunjungannya yang pertama kali ini, membulatkan tekad bahwa setelah ini ia bersama jajarannya akan berkunjung kembali untuk sharing informasi dengan Risma.
Menurutnya, selama ini apa yang diceritakan orang tentang Kota Surabaya ternyata benar. Mulai dari kebersihan, hingga pedestrian yang ramah pejalan kaki, memang patut diapresiasi. Apalagi, dengan sosok kepemimpinan Risma yang dinilai tegas dan bijaksana.
Acara yang berlangsung sejak pukul 08.00 WIB itu, diikuti oleh 13 perwakilan negara dan 5 lintas provinsi di Indonesia. Silih berganti para peserta menampilkan atraksi budaya dan tarian tradisional dengan iringan musik khas kota masing-masing.
Penampilan diawali dari negara Republik Ceko, Jepang, Jawa Barat, Banggai, Polandia, Timor Leste, Solok, Uzbekhistan, Pangkal Pinang, Italia, Thailand, dan Meksiko.
Selama penampilan berlangsung, warga terlihat begitu antusias menyaksikan. Teriakan dan tepuk tangan hampir menutupi suara musik pengiring di tiap awal dan akhir pertunjukan. Tak terkecuali, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sambil melambai-lambaikan tangan ia memberi salam dan semangat kepada para peserta.
Setelah menampilkan festival tari-tarian, para peserta diarak menggunakan becak yang sudah dihias menuju rumah kediaman wali kota, Jalan Sedap Malam, Surabaya. (*)
 Delegasi Republik Ceko

Delegasi Thailand

Delegasi Jepang

Delegasi Bulgaria

Delegasi Polandia

Delegasi Rusia

Delegasi Uzbekistan

Delegasi India

Delegasi Italia


Delegasi Kota Solok, Sumatera Barat


Source link: https://semangat45.net/budaya/2019/07/23/cross-culture-festival-2019-bukti-surabaya-kota-wisata-kelas-dunia/

Selasa, 16 Juli 2019

Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 Perkenalkan Ikon Budaya dan Kuliner Bojonegoro


By Banten.co, 15 Juli 2019
Banten.co Suasana di Kabupaten Bojonegoro makin terasa lebih semarak dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 (Bojonegoro TIFF).
Perhelatan akbar ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bekerjasama dengan Conseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d’Arts Traditionnels (CIOFF®) Indonesia Section pada 14-18 Juli 2019. Tujuan utama acara ini adalah untuk memperkenalkan Tari Thengul sebagai ikon budaya, dan Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah mengungkapkan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini, mengingat persiapan Bojonegoro TIFF memakan waktu yang panjang serta melibatkan banyak stakeholders.
“Kami mengapresiasi semua pihak yang turut mempersiapkan pagelaran akbar ini. Harapannya, dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Bojonegoro, baik wisatawan lokal maupun internasional. Kami juga ingin menegaskan ikon budaya Bojonegoro yaitu Tari Thengul serta Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner, sehingga bisa mendukung promosi branding “Pinarak Bojonegoro” yang sedang kami galakkan,” jelas Anna Muawanah.
Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 (Bojonegoro TIFF)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Amir Syahid mengatakan bahwa pada acara ini, CIOFF Indonesia mendatangkan delegasi kesenian dari empat negara, yaitu Bulgaria, Polandia, Thailand, dan Meksiko.
Ada sekitar 103 seniman dari keempat negara tersebut yang akan menampilkan kesenian masing-masing di lokasi yang berbeda-beda, antara lain Pendopo Malowopati, Jl. P Mas Tumapel, Jl. MH Thamrin, Stadion Letjen H. Sudirman, Alun-alun, Dander Water Park, dan Wonocolo.
“Kami berharap melalui tampilnya kesenian dari keempat negara ini, masyarakat bukan hanya terhibur namun juga lebih terbuka wawasannya terhadap negara lain, dan kita sendiri bisa mempromosikan kesenian khas Bojonegoro untuk nanti bisa disebarluaskan mereka di negara masing-masing,” ungkap Amir Syahid.
Informasi saja, Bojonegoro TIFF berisikan rangkaian acara mulai dari Festival Lontong Kikil Trucuk, Opening Ceremony, Lomba Cipta Menu Nasi Buwuhan bersama Chef Juna, Street Performance, Pertunjukan Seni Empat Negara, Culture Visit, Culture Night, Workshop Kesenian Rakyat, Pagelaran Wayang Thengul, Tari Parang Barong, Praktik Membatik, Penanaman Pohon di Wonocolo, dan yang menjadi daya tarik utama adalah Pemecahan Rekor MURI Tari Thengul kolosal 2.019 penari dan Pemecahan Rekor MURI 25.000 Nasi Buwuhan.
Tari Thengul kolosal melibatkan sekitar 2.050 pelajar di Bojonegoro, yaitu 1.080 pelajar dari tingkat 50 SD, 510 pelajar dari tingkat 20 SMP, serta 447 pelajar dari tingkat SMA/SMK. Ada 91 pelatih yang bertugas melatih gerakan para pelajar ini, termasuk pula mempersiapkan pengaturan posisi penari yang akan tampil bersamaan mulai dari Lapangan Desa Trucuk, Jembatan Sosrodilogo, lapangan di bawah jembatan, serta bantaran sungai Bengawan Solo. Jembatan Sosrodilogo sendiri merupakan jembatan di wilayah Kecamatan Trucuk yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo, penghubung Kota Bojonegoro.
Tari Thengul merupakan tarian tradisional Bojonegoro yang terinspirasi dari Wayang Thengul. Tahun 2018 lalu Wayang Tengul mendapatkan penetapan sebagai warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Di tahun yang sama, Tari Thengul mendapatkan penetapan sebagai hak kekayaan inteletual (HAKI). Gerakan Tari Thengul memiliki ciri khas tersendiri, yaitu kaku dengan ekspresi yang lucu.  Ditambah dengan tata rias wajah dengan menggunakan bedak putih ala topeng serta busana yang mendukung, membuat tari ini sangat unik, memunculkan kesan humor serta menghibur dalam setiap pertunjukannya.
Sedangkan Sego (Nasi) Buwuhan merupakan kuliner khas Bojonegoro yang sebelumnya hanya bisa diperoleh pada saat hajatan, namun sekarang menjadi makanan yang merakyat karena bisa disantap setiap hari. Nasi Buhuwan berbentuk seperti lontong yang dibungkus dengan daun jati yang sudah didasari daun pisang.
Isian Nasi Buwuhan ada buah papaya muda atau blonceng ditambah kacang tolo dibumbu kuning tanpa santan, momoh tempe lombok, daging bumbu terik dan srundeng kering. Dengan penyajian 25.000 Nasi Buwuhan ini, maka seluruh peserta yang hadir bisa menikmati hidangan ini bersama-sama, baik tamu lokal dan mancanegara.

Source link: http://banten.co/bojonegoro-thengul-international-folklore-festival-2019-perkenalkan-ikon-budaya-dan-kuliner-bojonegoro/