CIOFF Indonesia together with Grand Galaxy Park Mall Bekasi held an event called Share Culture Festival in collaboration with Embassy of Poland. The Share Culture Festival theme was brought with lists of activities that includes traditional dance workshops and gamelan showcase, besides that, there were some folk dance performances as well.

The event was in collaboration with Embassy of Poland represented by Jawor Folk Group directly from Poland which previously participated in several folk festivals in Tenggarong and Polewali Mandar. In line with the theme of Share Culture, Jawor performed several Polish folk dance which provide rare and unique opportunity for Grand Galaxy Park Mall visitors.







----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


By Al Mujamil, Meikartaraya.co, 10 August 2018

MR.co, BEKASI – Menyambut HUT Republik Indonesia ke-73, Grand Galaxy Park menghadirkan beragam rangkaian acara seru dan menarik bagi para pengunjung. Kali ini lewat Selebrasi Merah Putih, yang digelar pada tanggal 8-26 Agustus 2018 bertempat di Main Atrium utama Grand Galaxy Park merupakan hasil kerjasama Grand Galaxy Park dengan CIOFF Indonesia dan Kedutaan Republik Polandia.

Momentum peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-73 ini sengaja dipilih untuk mengenal kebudayaan baik dalam maupun luar negeri dengan menggelar acara Share Culture Festival dari dua kebudayaan negara yakni Indonesia dan Polandia, yang menampilkan tarian budaya dari masing-masing kedua negara.

CIOFF Indonesia merupakan organisasi non-profesi dan organisasi budaya internasional, sesuai pengertian yang ditentukan oleh UNESCO. Saat ini CIOFF sudah menjadi associate partner resmi UNESCO.

CIOFF Indonesia memiliki tujuan utama diantaranya mempromosikan warisan nenek moyang asli Indonenesia melalui bentuk ekspresi tari, musik, upacara, adat istiadat , mendukung program-program UNESCO untuk perdamaian dunia dan membantu pemerintah Indonesia dalam mempromosikan kesenian Indonesia ke manca negara dalam pelaksanaan festival Internasional.

Manager Marcomm Grand Galaxy Park, Wahyu Setiadi Nugroho mengatakan, dalam rangka peringatan HUT RI Ke-73, Grand Galaxy Park menghadirkan berbagai program dan aktivitas seru yang  melibatkan para pengunjung. Rangkaian acara yang dihadirkan seperti  Share Culture Festival Indonesia – Polandia, Gamelan Showcase, Talkshow, Workshop, Gamelan showcase, makep up demo, hingga cooking competition.

“Tidak hanya itu, kami juga bekerjasama dengan CIOFF Indonesia dan kedutaan besar Polandia di Indonesia untuk mendukung jalinan persahabatan antar negara dan mempromosikan kebudayaan-kebudayaan milik Indonesia. Ada yang unik disini yaitu pameran alat musik asli dari beberapa daerah di Indonesia bahkan ada yang umurnya sudah ratusan tahun yang akan di pajang di Main Atrium Grand Galaxy Park,” kata Wahyu kepada Metro Bekasi. (hen)

Source link : https://meikartaraya.co/selebrasi-merah-putih-rangkaian-ggp-sambut-hut-ri-2018/

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


By Fauzi, Infonitas.com, 8 August 2018


BEKASI – Memeriahkan HUT Kemerdekaan RI, Grand Galaxy Park menggelar event Selebrasi Merah Putih. Digelar selama 19 hari, gelaran ini diramaikan dengan sejumlah acara spektakuler, di antaranya Share Culture Festival, #GamelanforMillenials Class & Workshop, festival makanan Pasar Rasa 2018, Festival Durian Galaxy, The Art of Polish Poster dan masih banyak aktivitas lainnya.

Tak hanya itu, penampilan dari Jawor Folk Group, yaitu kolaborasi Kedutaan Republik Polandia dengan CIOFF Indonesia dalam Share Culture Festival pada Rabu, (8/8). Bahkan, ada pula penampilan spesial dari Papua Voice, Nikki Frazeta dan Vimast akan semakin menyemarakkan event selebrasi merah putih.

Citra Natasya selaku head of youth section CIOFF Indonesia mengatakan, Selebrasi Merah Putih merupakan inisiatif bersama antara Grand Galaxy Park, CIOFF Indonesia dan Kedutaan Besar Polandia di Indonesia, serta banyak pihak terkait lainnya.  "Saya berharap, ini bisa menjadi penguat persahabatan antar negara. Sekaligus menjadi rangkaian selebrasi HUT  kemerdekaan Indonesia di Tahun 2018 ini, menarik untuk anak muda dan juga masyarakat pada umumnya,” singkatnya.

Source link: http://m.infonitas.com/bekasi/laporan-utama/ini-pengisi-gelaran-selebrasi-merah-putih-di-grand-galaxy-park/64031

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


By Independensi.com, 9 August 2018


JAKARTA (IndependensI.com) – dalam rangka menyambut peringatan 73 tahun proklamasi Republik Indonesia, kelompok nyanyi dan tari rakyat dari Jawor, Polandia, tampil di Grand Galaxy Park (GGP), Bekasi. Mereka membawakan sejumlah lagu rakyat dan tarian yang dinamis.

Penampilan mereka mendapatkan sambutan meriah dari pengunjung. sebelumnya, kelompok yang terdiri atas sekitar 20 orang ini sudah tampil di beberapa daerah di Indonesia.

Utusan Kedutaan Besar Polandia, Igor Kaczmarczyk, gembira bisa memperlihatkan seni dan budaya negaranya.

“Indonesia dan Polandia punya hubungan yang baik. Kebetulan, kedua negara punya warna bendera yang sama yaitu merah dan putih meski urutannya terbalik,” kata Kaczmarczyk dalam sambutannya pada pembukaan Selebrasi Merah Putih di GGP, Rabu (8/8/2018).


Jarak dua negara yang lebih dari 10.000 kilometer tidak menjadi penghalang hubungan erat Indonesia dan Polandia. Kedekatan itu terlihat melalui seringnya pertukaran misi seni dan budaya antara Indonesia dan Polandia.

Seniman Indonesia sering mengadakan pertunjukan di Polandia, dan sebaliknya seniman Polandia beberapa kali mengunjungi Nusantara.

Pertukaran budaya Indonesia dan Polandia terwujud berkat kerja sama GGP dan CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts).

“Selebrasi Merah Putih merupakan inisiatif bersama GGP, CIOFF Indonesia, dan Kedutaan Besar Polandia di Indonesia, serta banyak pihak terkait lain. Ajagn ini diharapkan bisa lebih mempererat hubungan kedua negara,” kata kepala seksi pemuda CIOFF Indonesia, Citra Natasya.

Selebrasi Merah Putih akan berlangsung hingga akhir Agustus. Beberapa acara akan digelar antara lain pameran poster seni Polandia, festival makanan Pasar Rasa 2018, serta pertunjukan Nikki Frazetta dan V1MAST.

“Selain acara tersebut, kami juga menggelar pameran alat musik asli dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa alat musik ada yang usianya sudah ratusan tahun. Pameran digelar di Main Atrium Grand Galaxy Park,” kata manajer marcomm pusat belanja itu, Wahyu Setiadi Nugroho.

Untuk meramaikan peringatan hari kemerdekaan, GGP mengadakan beberapa program belanja antara lain Independence Day Giveaway, Flix Movie Deals, dan Summer Sweetness. Khusus pada 17 Agustus 2018, pengunjung yang mengenakan pakaian merah putih akan menerima hadiah di booth SedayuOne tanpa harus membeli apa pun.

Source link: https://independensi.com/2018/08/09/grand-galaxy-park-padukan-budaya-indonesia-dan-polandia/

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


By Harianproperti.com, 9 August 2018


Bekasi, HarianProperty.com-Kemeriahan perayaan kemerdekaan Indonesia di Grand Galaxy Park mall Bekasi  yang akan mulai digelar pada tanggal 8-26 Agustus 2018 bakal menghadirkan tema Selebrasi Merah Putih.

Dalam acara tersebut Grand Galaxy Park bekerjasama dengan CIOFF Indonesia dan Kedutaan Republik Polandia menyediakan beragam hiburan dan acara menarik salah satunya adalah menggelar acara Share Culture Festival dari dua kebudayaan negara yakni Indonesia dan Polandia, yang menampilkan tarian budaya dari masing-masing kedua negara tersebut.

CIOFF Indonesia sendiri merupakan organisasi non-profesi dan organisasi budaya internasional, sesuai pengertian yang ditentukan oleh UNESCO.

Saat ini CIOFF sudah menjadi associate partner resmi UNESCO. CIOFF Indonesia memiliki tujuan utama diantaranya mempromosikan warisan nenek moyang asli Indonenesia melalui bentuk ekspresi tari, musik, upacara, adat istiadat , mendukung program-program UNESCO untuk perdamaian dunia dan membantu pemerintah Indonesia dalam mempromosikan kesenian Indonesia ke manca negara dalam pelaksanaan festival Internasional.

Wahyu Setiadi Nugroho selaku Manager Marcomm Grand Galaxy Park dalam rilis yang diterima redaksi Harianproperty.com mengatakan bahwa Grand Galaxy Park menghadirkan berbagai program dan aktivitas seru yang  melibatkan para pengunjung.

Rangkaian acara yang dihadirkan seperti  Share Culture Festival Indonesia - Polandia, Gamelan Showcase, Talkshow, Workshop, Gamelan showcase,makep up demo, hingga cooking competition.

“Tidak hanya itu kami juga bekerjasama dengan CIOFF Indonesia dan kedutaan besar Polandia di Indonesia untuk mendukung jalinan persahabatan antar negara dan mempromosikan kebudayaan-kebudayaan milik Indonesia. Ada yang unik disini yaitu pameran alat musik asli dari beberapa daerah di Indonesia bahkan ada yang umurnya sudah ratusan tahun yang akan di pajang di Main Atrium Grand Galaxy Park.” Lengkapnya.

Banyak even Selebrasi Merah Putih yang digelar selama 19 hari ini akan diramaikan dengan sejumlah acara spektakuler diantaranya adalah Share Culture Festival , #GamelanforMillennials Class & Workshop , Festival makananan Pasar Rasa 2018, Festival Durian Galaxy, The Art of Polish Posterdan masih banyak aktifitas lainnya.

Apresiasi juga diberikan Citra Natasya, Head of Youth Section CIOFF Indonesia yang menyebutkan acara Selebrasi Merah Putih merupakan inisiatif bersama antara Grand Galaxy Park, CIOFF Indonesia, dan Kedutaan Besar Polandia di Indonesia, serta banyak pihak terkait lainnya.

“Harapannya tentu ini bisa menjadi penguat persahabatan antarnegara, dan juga menjadi rangkaian selebrasi kemerdekaan Indonesia ke-73 di tahun 2018 ini yang menarik untuk anak muda dan juga masyarakat pada umumnya,” imbuh Citra.

Banyak Promo

Sebagai salah satu mall unggulan dari pengembang Agung Sedayu, Grand Galaxy Park juga menyediakan fasilitas dan aneka promo bagi pemegang SedayuOne membership, selama bulan Agustus Grand Galaxy Park dengan menghadirkan program belanja diantaranya Independence Day Giveawaydengan berbelanja di all tenant Grand Galaxy Park minimal Rp 500.000,- (weekdays) dan Rp 800.000,- (Weekend).

Para pengunjung berhak mendapatkan kesempatan mengambil undian dalam bentuk lucky dip. Hadir juga program Flix Movie Deals berhadiah gratis popcorn dan minuman setiap pembelian tiga buah tiket nonton Flix Studio danSummer Sweetness yang memberikan gratis minuman Origins setiap pembelanjaan Rp.100.000 di  tenant F&B serta FoodPark setiap hari senin-kamis selama periode Selebrasi Merah Putih berlangsung.

Tidak hanya itu saja, bagi yang ingin mendapatkan hadiah langsung di tanggal 17 Agustus 2018 nanti langsung tunjukan Merah Putih Outfit kami di Booth SedayuOne yang hadir di Grand Galaxy Park Mall.

Wahyu menambahkan, “Seluruh program, aktivitas, hingga belanja berhadiah selama Agustus ini dihadirkan sebagai bentuk semangat keberagaman dalam persatuan saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke- 73”.

Source link: http://harianproperty.com/Terkini/details/444/Indonesia-Polandia-Bersatu-Meriahkan-Kemerdekaan-di-Grand-Galaxy-Park

Diapresiasi Menteri, Sukses Lewati Tantangan Bertubi-tubi

PROKAL.CO, Festival Erau bisa dibilang sukses dikenal hingga berbagai belahan dunia. Lewat konsistensi dan semangat Bupati Kukar Rita Widyasari, acara tradisi leluhur itu kini dinobatkan menjadi festival budaya terpopuler, juga warisan budaya Indonesia.

WISATAWAN yang bertandang dalam perhelatan Festival Erau 2016, mungkin sulit melupakan suara lantang menggebu-gebu Rita Widyasari, ketika membuka Festival Erau di Stadion Rondong Demang beberapa waktu lalu.

Ia menyampaikan optimistisnya, jika Festival Erau yang telah dikenal dunia ini, juga bakal memberikan dampak positif bagi pariwisata di Kukar bahkan Kaltim. Inovasinya menyelaraskan Festival Erau dan Erau International Folk Art Festival (EIFAF), semakin membuat para wisatawan dalam hingga luar negeri tertarik menginjakkan kakinya ke Kutai.

Perempuan yang biasa disapa Bunda oleh warganya itu juga sempat menceritakan sejarah Pesta Adat Erau. Selain menyimpan arti sakral, kegiatan tersebut menurutnya juga sebagai media pendidikan generasi penerus.

Pasalnya kata dia, dengan melestarikan budaya, diharapkan juga bisa ikut membentuk generasi berkarakter. Di tengah kesibukannya menyelenggarakan urusan pemerintahan, Rita juga menyempatkan diri berbaur bersama warga menjalankan satu per satu konten acara Erau.

Salah satunya makan bersama rakyat sambil “mengaspal” lalu menari dan larut dalam sukacita. Seolah tak ada batasan, Rita pun menunjukkan jika Festival Erau benar-benar acara rakyat dan untuk rakyat.

Setelah makin mendunia, Festival Erau pun resmi ditetapkan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI sebagai warisan budaya Indonesia. Erau dinobatkan sebagai warisan budaya Indonesia melalui Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2016, pada Kamis (15/9) lalu, di Jakarta.

Hanya selang sehari setelahnya, Erau kembali dinobatkan sebagai Festival Budaya Terpopuler (Most Populer Cultural Festival) di Indonesia. Erau bahkan mengalahkan Jember Fashion Carnival (JFC) yang juga marak dikunjungi turis mancanegara. Begitu juga dengan Festival Jailolo. Erau memperoleh nilai 26,4 persen tertinggi dibanding Jember Fashion Carnival 26,1 persen dan Festival Teluk Jailolo 13,6 persen.

Penghargaan tersebut diserahkan dalam penyelenggaraan anugerah Pesona Indonesia 2016 yang digagas pihak swasta bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Pemilihan destinasi atau objek wisata terpopuler berlangsung sejak 23 Mei 2016 sampai 23 Agustus 2016 melalui sebuah website. Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menyerahkan penghargaan itu, langsung mengucapkan selamat kepada Bupati Kukar Rita Widyasari.

Rita menyampaikan rasa bangganya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada apresiasi menteri yang dipastikan bakal ikut membesarkan pariwisata di Kukar. Penghargaan bergengsi ini bakal menjadi motivasi serta inovasi pengembangan pariwisata di Kukar. “Penghargaan ini akan kami pertahankan dengan melakukan kolaborasi agar digemari dan dinikmati masyarakat,” ujar Rita.

Ia mengakui keberhasilan Erau melekatnya Erau sebagai Festival Terpopuler itu tak lepas dari tingginya antusiasme masyarakat yang terlibat. Begitu juga dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat dalam acara tradisi leluhur tersebut.

Rita berharap, tak hanya Erau yang mendapat penghargaan, tetapi juga seperti kuliner khas Kutai dan lainnya. “Bersama pemerintah daerah lain berlomba-lomba menemukan surga wisata yang tersembunyi,” ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni mengatakan, baik dirinya maupun bupati semula tak menyangka jika Festival Erau mampu menduduki peringkat teratas dalam kategori terpopuler tersebut.

Apalagi, lanjut dia, sejumlah festival budaya yang menjadi pesaing juga cukup dikenal baik di Nusantara maupun dunia. Salah satunya JFC yang menjadi ikon Kabupaten Jember. “Hingga dibacakan pengumumannya, kami sama sekali tidak percaya jika meraih penghargaan tersebut. Selisihnya dengan JFC hanya 0,3 persen saja. Sangat tipis sekali," ujar Sri.

Yang lebih membanggakan, berbagai tantangan mampu dilalui di setiap penyelenggaraan Erau. Seperti dua tahun terakhir, saat Jembatan Kartanegara belum rampung. Ditambah akses jalan poros Tenggarong-Loa Janan masih rusak, kunjungan wisatawan yang datang ke Festival Erau bisa mencapai 50 ribu orang.

Sedangkan tahun 2016 ini, keuangan APBD Kukar sedang dilanda badai defisit anggaran, namun penyelenggaraan Erau tetap meriah dan berjalan lancar.

Bupati Kukar bahkan memastikan meski tiap tahun anggaran untuk perhelatan Erau pelan-pelan dikurangi, namun angka kunjungan wisatawan justru mengalami peningkatan. “Yah, maksud ibu bupati juga menegaskan bahwa, dalam kondisi keuangan yang tidak bisa terhindarkan ini, kunjungan wisatawan ke Kukar justru meningkat. Makanya inovasi juga terus digalakkan agar pengunjung juga tidak bosan dalam perhelatan Erau. Tiap tahun selalu saja ada tantangan. Tapi, itulah yang menjadi salah satu motivasi kami,” paparnya.

Saat ini, penyelenggaraan EIFAF sangat memberi dampak positif terhadap ekonomi Kukar. Bahkan, hotel dan penginapan di Tenggarong sebagai pusat perayaan festival sudah tak muat menampung tamu dari luar.

Dengan kearifan lokal yang dimiliki Kukar, merupakan modal utama dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan latar belakang kerajaan tertua, berbagai potensi budaya dapat dikelola dan dikembangkan menjadi komoditas guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Bahkan Erau juga dikenalkan melalui film layar lebar yang berjudul Erau Kota Raja.

Dalam pembukaan EIFAF 2016 dilakukan oleh Direktur Kesenian Kementerian dan Kebudayaan, Kemendikbud RI Endang Caturwati. Acara pembukaan EIFAF 2016 berlangsung meriah dengan diawali parade grup kesenian dari lokal dan mancanegara.

Sepuluh grup kesenian mancanegara tampak antusias menyuguhkan kesenian khas negara asal masing-masing. Ribuan penonton yang hadir pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya hingga berkali-kali bertepuk tangan dan bersorak.

Delegasi luar negeri yang ikut mengirimkan delegasi keseniannya, yakni Taiwan, USA, Lithuania, Kanada, Polandia, Rumania, Estonia, Bulgaria, dan Rusia. Sedangkan delegasi kesenian Indonesia membawakan sejumlah tarian khas Kutai dan Dayak.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga pernah menyebutkan jika acara EIFAF berkontribusi menyumbang target 10 juta wisatawan ke Kaltim. Kukar menurutnya kini sangat diperhitungkan. Gubernur pun mengapresiasi upaya Bupati Kukar yang berinovasi dalam mengenalkan budaya Kutai ke mancanegara.

Untuk tahun ini, tercatat sebanyak 1.479 delegasi kesenian lokal yang hadir. Sedangkan delegasi mancanegara berjumlah 218 orang. Dalam acara pembukaan EIFAF tersebut juga turut dimeriahkan tarian tradisional yang melibatkan 150 penari. Pengiring musik langsung dibawakan Gerbang Raja Mini Orkestra yang memainkan traditional live music.

Tercatat, kunjungan wisatawan yang datang ke Kukar mengalami peningkatan sejak digelarnya EIFAF. Sebelum tahun 2013, pengunjung hanya berkisar 762.801 wisatawan per tahun. Pada 2014, naik menjadi 1.253.089. Sedangkan tahun 2015 kembali melonjak menjadi 1.450.748 orang. (pms/qi/rom/k15)

Original Article : http://kaltim.prokal.co/read/news/278499-diapresiasi-menteri-sukses-lewati-tantangan-bertubi-tubi

Apa yang dimaksud dengan absen yang membanggakan? Apakah masuk setiap hari tanpa absen sakit atau izin, atau hadir di sekolah dengan cara yang berbeda?

Apa yang lo rasa ketika lo balik ke sekolah setelah satu bulan izin? Pasti bingung, banyak ketinggalan pelajaran, dan ditunggu dengan tugas yang banyaknya bukan main. Tapi, gimana kalau lo balik ke sekolah setelah satu bulan menampilkan budaya Indonesia di luar negeri yang pastinya, dilihat berbagai macam negara?

Itulah yang dirasakan Puti Anindya, siswi kelas 12 SMAN 37 Jakarta yang baru aja balik ke Indonesia setelah satu bulan pergi ke Meksiko. Cewek yang akrab disapa Anin ini mengaku rasanya campur aduk lantaran dia udah cukup lama nggak sekolah. Eits, bukan karena bolos dong tentunya. Alasan Anin nggak sekolah karena dia pergi ke negara lain untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mata dunia.

“Antara sedih, bete, dan bangga. Sedih karena harus ninggalin temen dan keluarga disini, bete karena balik-balik langsung disapa tugas, dan pastinya bangga banget bisa ikut berpartisipasi ngenalin budaya Indonesia ke negara lain,” aku cewek berusia 17 tahun itu.

Anin merupakan salah satu penari Indonesia yang turut berpartisipasi dalam acara CIOFF World Folkloriada, acara pertemuan seluruh CIOFF di dunia dalam rangka festival terbesarnya di Meksiko. Ternyata, nggak hanya Indonesia yang hadir di acara ini. Rumania, Turki, dan Portugal adalah tiga negara dari 46 negara yang hadir. Wah, pasti asyik banget ya guys bisa ketemu dan nonton langsung budaya dari berbagai belahan dunia.

Indonesia tentunya nggak mau kalah eksis. Para penari dari CIOFF Indonesia menampilkan beberapa tarian diantaranya tari Topeng, tari Ginjiring, tari Saman, dan tari Bajidor.

“Grup dari Indonesia dibagi jadi dua tim. Aku kebagian untuk nari tari Bajidor, tari Greget Jawara, tari Topeng, tari Ginjring, dan tari Saman,” terang Anin. “Sedangkan tim satu lagi kebagian untuk nari Bubuka, Enggang, Balian Bawo dan tari Wirarebana.”

Gimana sih perasaan Anin yang udah berhasil untuk nunjukin budaya Indonesia ke kancah internasional?

“Rasanya udah pasti bangga banget, budaya kita diapresiasi sama negara lain di festival yang bisa dibilang besar ditambah negara yang ikut serta nggak kalah luar biasa. Dengan bisa belajar budaya negara lain dan mereka juga bisa kenal serta belajar tentang budaya kita itu suatu kesenangan yang nggak bisa gue ungkapin.” Tutur Anin.

Kita sebagai remaja Indonesia udah wajib hukumnya untuk bangga dengan budaya kita. Indonesia memang negeri yang kaya akan keanekaragaman yang harus kita lestarikan, jangan sampai budaya kita hilang atau malah diambil orang lain.

Salut deh sama Anin! (T-HSC#6)



Laporan: Latifah Hanum Khairunnisa (SMA Negeri 37 Jakarta)

Artikel ini ditulis sebagai bagian dari program 7 Hari Bercerita yang diikuti oleh HAI School Crew, komunitas wartawan pelajar HAI.

"One ... two ... three ... four ... five ... stomp with your heels! Six..." The sound echoed in the auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia, Jakarta, accompanied by dozens of people stomping rhythmically.

"We’ll do this 11 times," continued Nur Kusuma Ngarasati or usually called Raras, dance coach of the Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (CIOFF®) Indonesia, an institute of art and culture in collaboration with UNESCO. Raras was training a five-days workshop of Rantak Dance held by GIK for the general public. The training will conclude with a performance of this Minangkabau (West Sumatra) Dance in front of audiences.

As the name implies, “Rantak” in Rantak Dance means stomping, the dancers stomps according to the Ragam (sequence of movements in dance). Rantak dance can be performed by men and women and it was opened with the dancers entered the stage in formation, with the guidance from Minang gandang (drum) quick and decisive beat. Step by step, the dancers entered, with their right foot "stomping the earth" in each ragam.

"So it's all about dynamic. The music that we hears were not only came from musical instrument, but also from the sound emitted due to the movement of dancers. This is what distinguishes Rantak dance with other Minangkabau dances, "said Raras

The sweat began to appear from the dancer who has been in the world of dance since the age of four and became member of CIOFF® for nearly ten years. Stomping feet full of energy continue to color the first session of the workshop, which lasted for two hours and learn the 3 movements of a total of 15 ragam of Rantak Dance.


Rantak Dance taught at GIK is a work of the Mr. Gusmiati Suid, a dance maestro's from Batusangkar, West Sumatra. This dance was created in 1976, as an expression of dissatisfaction with the Minang dance, which he thought too graceful. He also create Rantak Dance by adopting the philosophy of Pencak Silat, a traditional martial art, which has been long recognized in West Sumatra. Besides Rantak, some Pencak Silat movements also characterizes the Rantak Dance. Raras explained, "For example, if there are fifteen ragam in Tari Rantak, eleven of which came from Pencak Silat, while other Minang dance, only had four or five of them."

"There are several philosophies of Pencak Silat used in this dance. But the most obvious is Ukua jo Jangko, it means  to measure (with compass), "she said. One movement that apply Ukua jo Jangko philosophy, is a movement of the hand during the opening of the dance. When the right foot strikes the floor, right hand also struck through the opening of left-hand that half crossed over the chest. The right hand then quickly pulled out, opened, as if to measure. 

 

"This is the basic movements of Pencak Silat," said Raras while demonstrating the movement. According Raras the movement philosophy is "every person's actions, must be calculated in advance"

There is also a philosophy of Garak-Garik (gestures), "It can be seen from the movement of the head, that begins to look down, then forward. The philosophy is to see everything with vigilance ".

While philosophy Tagak-tagak which dancers stand in upright position in several positions, symbolizing the concept of contemplation before taking action. "So, every dance movement, were thought by our ancestors, so we can act wisely and live wisely. Indonesian dances were very meaningfull, if we knew about the movements and the philosophy. "

Rantak Dance Workshop is part of the Gallery of Indonesia Kaya (GIK) program to teach different dance around Nusantara (Indonesian Archipelago) each month.

"Because if the program (dance training) were not held, the knowledge of the dances will be stop at our old generation," said Program Associate Bakti Budaya Djarum Foundation, which takes care of GIK, Billy Gamaliel.

 

Moreover, he said, the interest of young people to watch the performing arts associated with Indonesia traditional cultures, were still low, "The people who study and watch the dances never changed. So if the older generation were not there anymore, the performing arts, such as Indonesian dances will be die. "

For the reasons to 'regenerate' and see the diversity of Indonesian culture, GIK, according to Billy tried to pick a dance that is not well known. From West Sumatra, Rantak Dance "Which was not known by many people" was selected when compared to other Minang dance like Piring Dance or Pasambahan Dance.

This is the reasons that made Eko Setiawan, a young dancer and dance instructor from a dance studio in Pamulang, sign up to become one of the workshop participants.

"If i only learn from watching (the dance video) on youtube, i’m afraid i can’t transfer the dance movement (to friends) correctly. There’s also a trainers here to train me, so why not?, "said Eko conveying the reason why he attend this workshop.

 

After attending several sessions of the workshop, turns out learning Rantak Dance was not 'as easy' as he thought. "It’s quite difficult at the beginning. Especially the tempo. There was a pause, and then move again, there are fast and slow movements,  I need to learn more about the tempo. I miss the tempo several time, even for someone like me (dancers). "

However, it did not lessened the spirit of this man who had loved to dance since childhood. "(I) feel a responsibility. A responsibility to learn. Because if I did this just for hobby, and did not understand its meaning, its movement and also can’t share the knowledge, I think it's a pity. Other teenagers wouldn’t know about this dance if there’s no one willing to teach them," he said.

However, there maybe no other person who felt more special to learn Rantak dance more than Yohana Suwandi, or usually called Yona.

 

In contrast to Eko, who works as a dancer, Yona, who is a recruitment consultant, the last time she dance is when she was a child, about 20 years ago. Rantak Dance Workshop was special for her, because since childhood she often watch Rantak Dance and have long wanted to learn it. She came from Padang, West Sumatra and recently moved to Jakarta three years ago.

"Especially now far from home. There is a longing to come back home. With learning Minang dance, in addition to satisfy my curiousity, it can reminds me of my memories back home," says Yona. The longing for home and her great interest, doesn’t always make studying Rantak dance an easy thing for her. 

 

"It's so difficult," said Yona. "The difficulty is to memorize moves. Minang Dances had a lot of  fast movements, so it’s difficult to catch them."

 

Although never missed practice in five days workshop training, this difficulty later becomes an obstacles for Yona. On the last day of the workshop, Raras and the team announced 5 of the 13 participants, selected to appear on the show the next day. With the consideration of the movement memorization, Yona was not selected, but Eko was selected.

Although not selected, Yona’s spirit to enjoy the art of her native hometown, did not fade. She was on the spectators line of Keunebah show in GIK which opened with Rantak Dance.

 

Yona in middle of the audience during the D-day appearance

When the light began to fade and stomping music was echoed,  tension began to appear in  Yona’s face. Dancers began to enter in the typical foot stomps of Rantak Dance. Eko and his four colleagues’s hands move quickly, like measuring, symbolizes the philosophy of martial arts who previously taught by Raras, Ukua Jo Jangko. The music kept playing, the beats kept changing. The dancer's body move shiftly on the stage.

 

In the audiences seat, Yona now smiles thinly. At the middle of the dance, comes the part where the dance tempo suddenly changed quickly. The part that always worried by Eko. Music was changing fast, Eko seemed to miss the tempo of some movement. However, he quickly catches his rhythm again, according to the music.

 

Music reach climax, Rantak stomps echoed, followed by applause from the audience, including Yona. Rantak dance that lasted about five minutes and studied in just five-day workshop was ended.

"Yes, it was very sad not being able to perform. But I’m glad, they performed the dance very nicely, I’m proud of it. But unfortunately, I actually felt more homesick now after watching him," said Yona while smiling to BBC Indonesia.

 

And of course, the happiest one are the dancers. "Relieved, but a little nervous. There was a wrong move because i lost count. I’m more relieved now. But yeah, I think i could do better than that," said Eko after performance.

 

Though it feel short, Eko claimed to have gained much from the training and performance. Starting from learning the basic movement and philosophy of martial arts, new dance variety, and what he considered "the most important", are his new friends.

With heavy breath and sweat all over his forehead, Eko also told what he express during the training a few days ago. "I intend to share this with the other students, my students. In the studio or at school, to let them know about Rantak dance movement. Not only listen, you know, but also try and understand its philosophy," said Eko.


Original article:
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160530_majalah_seni_tari_rantak


Written by Rafki Hidayat (BBC Indonesia) June 1, 2016
Translated and published by Galih Sadhira & Ghina Aulia Megaputri

On March 8th 2016, it was the International Women's Day. CIOFF® Indonesia was asked and invited to be guest stars for a Radio show called "Sirkus Pagi" with their hosts Vincent, Aldy and Dery. Raras, Anin, Aliya, Gaya and Olin were the 5 representative dancers for CIOFF® Indonesia to spend the day with Aldy and Dery. They even have a special surprise with Aldy and Dery for all the Hitz fans. They shared their experiences and also they describe to Hitz what is CIOFF® Indonesia. With their talk, Aldy and Dery found interest in what is "Misi Budaya" and also about Indonesian Culture.

"Honestly, at first i didn't understand what is CIOFF®. All I know is that CIOFF® is an organization about dance, the many types of Traditional Indonesian Dance and CIOFF® brings a well known name for Indonesia Internationally. But after chatting with Raras, Anin, Aliya, Gaya and Olin i now know what CIOFF® is all about." Says Dery.

With this Interview with CIOFF® Indonesia, HitzFm and also the listeners now know more about CIOFF® Indonesia. In Dery's opinion, "Clearly it is very positive. Just imagine that citizens all around the world only know about Modern Dance. Whereas dances from Indonesia are also as cool as them. With the help of CIOFF®, Indonesia should be proud and thankful that if not CIOFF®, If not us, then who will save Indonesian cultures" 

According to Dery, the impact of CIOFF® Indonesia for teenagers these days are astonishing. If not because of CIOFF® our next generation will only know about Hip hop and modern dance, It must be very dissapointing for us that they will know about western culture more than our own. According to Dery, we shouldn't be ashamed and scared to be call "unmodern" because "Tari" = "Dance". We can tell our future generation about Jaipong Dance and Tor-Tor Dance. It's not less cool right? After talking with the dancers of CIOFF® Indonesia, in Dery's opinion Traditional dancers have a stereotype as "stiff" or "stern" but surprisingly for CIOFF® Indonesia dancers, they are the total opposite from it. "They are a fun bunch of girls, always laughing, they have a sense of humor, and they respond to the jokes we told." Says Dery.

With this conversation, Dery could only say that " from CIOFF®'s intention is a noble motive, introducing our nation's custom and delivered with a 100% total preperation. In other words, don't get bored in persuading our younger generation to join together with CIOFF®. We are actually waiting for your movement:"

So that is our fun chat with HitzFm. Let's all start from now showing our love for Indonesian culture. Follow @cioff_indonesia and start #CintaIndonesia also don't forget to put hashtag #cioff_indonesia. Be proud of indonesian culture, if it's not us then who else,right? From now on let's show our love for indonesian culture. Because a tweet, a hastag, and a photo can effect indonesia's next generation.


Written by Poeti Anindya (Anin)
Edited and published by Gayatri Larasati & Ghina Aulia Megaputri

A group of people under the auspices of an international Non-Governmental Organization called CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts) is trying to introduce Indonesian traditional cultures and also encouraging young people to preserve them.

In every performance or workshop done by CIOFF, they felt the appreciations and responses given by the youth are well and keep on getting better every year.

CIOFF is an international Non-Governmental Organization, which existed in 121 countries and is the partner of UNESCO. With the international status that CIOFF has, there are higher targets which CIOFF members aim.

To be able to preserve and introduce Indonesian traditional culture, especially traditional dances, CIOFF Indonesia cooperates with Galeri Indonesia Kaya to make a traditional dance show every weekend.

Currently, CIOFF is having a workshop on a traditional dance originated from Aceh called, Rapai Geleng Dance. The youth participants taught by dance coach from CIOFF will perform on Saturday, 27th February at Galeri Indonesia Kaya.