CIOFF Indonesia
CIOFF®
CIOFF Indonesia
Folklore Festival
Folkloriada
Seni Budaya Nusantara Participated in World Folkloriada 2016
03.00CIOFF INDONESIASeni Budaya Nusantara is a team consisted of CIOFF® Indonesia members. The preparation of the team started on September 2015 until July 2016. They brought about more than 8 performances to be presented in the festival. Some of them are Baris Wira Rebana dance from Bali, Greget Jawara dance from DKI Jakarta, Enggang and Balian medley dance from Borneo, Saman dance from Aceh, Topeng dance, Bubuka dance, and Bajidor Kahot dance from West Java, and so on.
In total, there were 16 members of the
team participated in World Folkloriada 2016 which was held in the state of
Zacatecas, Mexico from 30th of July until 7th of August 2016. The team then
continued to participate in another festival in the state of Queretaro, Mexico
from 8th of August until 12th of August. The team departed from Jakarta on 27th
of July and arrived in Zacatecas on 28th of July through 50 hours of travelling
by plane.
On the 29th of July, the committee of
the festival invited the participants to a welcoming party called Callejoneada
that involves parading the streets of Zacatecas with traditional Mexican music
and dances. The following day, the opening ceremony was held at Estadio
Fransisco Villa in Zacatecas.
The activities of the festival started
with a parade in the street of Zacatecas and the day ended with performances in
the stage at the plaza of Gobierno del Estado de Zacatecas. Out of 20 municipalities,
Seni Budaya Nusantara team got the chance to perform at 4 municipalities of
Zacatecas, which are Nieves, Villa de Cos, Villanueva, and Guadalupe. The team
also had the opportunity to perform at Teatro Calderon and Plazuela Miguel Auza
in Zacatecas.
On 8th of August, Seni Budaya
Nusantara team departed to the state of Queretaro by bus together with teams
from Kyrgyzstan, Luxembourg, and El Salvador to attend 4° Encuentro
Internacional de Folclor de la Universidad Autonoma de Queretaro festival. The
opening ceremony of the festival was held at Templo de Santa Rosa de Viterbo
with a cocktail party theme.
The activities in 4° Encuentro
Internacional de Folclor de la Universidad Autonoma de Queretaro festival
includes performances at several campus locations of Universidad Autonoma de
Queretaro, municipalities of Queretaro such as Corregidora, El Marques, and
Amealco, and also workshop, and a parade. The final performance was done in
Plaza de Armas in the downtown of Queretaro.
After Queretaro, Seni Budaya Nusantara
team was invited to perform at “Pesta Rakyat Indonesia” event, held by the
Indonesian Embassy and Indonesian community in Mexico City. The event was
filled with performances from Indonesian community, karaoke competition, and
doorprizes. The team presented Baris Wira Rebana dance, Greget Jawara dance,
Ginjring and Balian medley dance, Topeng Tua dance, Bubuka dance, and Saman
dance.
The team was supposed to participate
in the closing parade of World Folkloriada in Mexico City at 14th of August,
but unfortunately, due to some issues, the committee decided to cancel the
closing parade. Hearing the news, the embassy took the team to visit
Teotihuacan, the archeological site in the northeast of Mexico City, and also
souvenir shopping at La Ciudadela in Mexico City.
The team got back in time for a dinner
party held by the Ambassador and family, together with the committee of “Pesta
Rakyat Indonesia” event as thanksgiving and also farewell to the team before
heading to Washington DC the following day.
Written by : Gayatri Larasati
Editted and published by : Ghina Aulia Megaputri
Diapresiasi Menteri, Sukses Lewati Tantangan Bertubi-tubi
PROKAL.CO, Festival Erau bisa dibilang sukses dikenal hingga berbagai belahan dunia. Lewat konsistensi dan semangat Bupati Kukar Rita Widyasari, acara tradisi leluhur itu kini dinobatkan menjadi festival budaya terpopuler, juga warisan budaya Indonesia.
WISATAWAN yang bertandang dalam perhelatan Festival Erau 2016, mungkin sulit melupakan suara lantang menggebu-gebu Rita Widyasari, ketika membuka Festival Erau di Stadion Rondong Demang beberapa waktu lalu.
Ia menyampaikan optimistisnya, jika Festival Erau yang telah dikenal dunia ini, juga bakal memberikan dampak positif bagi pariwisata di Kukar bahkan Kaltim. Inovasinya menyelaraskan Festival Erau dan Erau International Folk Art Festival (EIFAF), semakin membuat para wisatawan dalam hingga luar negeri tertarik menginjakkan kakinya ke Kutai.
Perempuan yang biasa disapa Bunda oleh warganya itu juga sempat menceritakan sejarah Pesta Adat Erau. Selain menyimpan arti sakral, kegiatan tersebut menurutnya juga sebagai media pendidikan generasi penerus.
Pasalnya kata dia, dengan melestarikan budaya, diharapkan juga bisa ikut membentuk generasi berkarakter. Di tengah kesibukannya menyelenggarakan urusan pemerintahan, Rita juga menyempatkan diri berbaur bersama warga menjalankan satu per satu konten acara Erau.
Salah satunya makan bersama rakyat sambil “mengaspal” lalu menari dan larut dalam sukacita. Seolah tak ada batasan, Rita pun menunjukkan jika Festival Erau benar-benar acara rakyat dan untuk rakyat.
Setelah makin mendunia, Festival Erau pun resmi ditetapkan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI sebagai warisan budaya Indonesia. Erau dinobatkan sebagai warisan budaya Indonesia melalui Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2016, pada Kamis (15/9) lalu, di Jakarta.
Hanya selang sehari setelahnya, Erau kembali dinobatkan sebagai Festival Budaya Terpopuler (Most Populer Cultural Festival) di Indonesia. Erau bahkan mengalahkan Jember Fashion Carnival (JFC) yang juga marak dikunjungi turis mancanegara. Begitu juga dengan Festival Jailolo. Erau memperoleh nilai 26,4 persen tertinggi dibanding Jember Fashion Carnival 26,1 persen dan Festival Teluk Jailolo 13,6 persen.
Penghargaan tersebut diserahkan dalam penyelenggaraan anugerah Pesona Indonesia 2016 yang digagas pihak swasta bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Pemilihan destinasi atau objek wisata terpopuler berlangsung sejak 23 Mei 2016 sampai 23 Agustus 2016 melalui sebuah website. Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menyerahkan penghargaan itu, langsung mengucapkan selamat kepada Bupati Kukar Rita Widyasari.
Rita menyampaikan rasa bangganya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada apresiasi menteri yang dipastikan bakal ikut membesarkan pariwisata di Kukar. Penghargaan bergengsi ini bakal menjadi motivasi serta inovasi pengembangan pariwisata di Kukar. “Penghargaan ini akan kami pertahankan dengan melakukan kolaborasi agar digemari dan dinikmati masyarakat,” ujar Rita.
Ia mengakui keberhasilan Erau melekatnya Erau sebagai Festival Terpopuler itu tak lepas dari tingginya antusiasme masyarakat yang terlibat. Begitu juga dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat dalam acara tradisi leluhur tersebut.
Rita berharap, tak hanya Erau yang mendapat penghargaan, tetapi juga seperti kuliner khas Kutai dan lainnya. “Bersama pemerintah daerah lain berlomba-lomba menemukan surga wisata yang tersembunyi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni mengatakan, baik dirinya maupun bupati semula tak menyangka jika Festival Erau mampu menduduki peringkat teratas dalam kategori terpopuler tersebut.
Apalagi, lanjut dia, sejumlah festival budaya yang menjadi pesaing juga cukup dikenal baik di Nusantara maupun dunia. Salah satunya JFC yang menjadi ikon Kabupaten Jember. “Hingga dibacakan pengumumannya, kami sama sekali tidak percaya jika meraih penghargaan tersebut. Selisihnya dengan JFC hanya 0,3 persen saja. Sangat tipis sekali," ujar Sri.
Yang lebih membanggakan, berbagai tantangan mampu dilalui di setiap penyelenggaraan Erau. Seperti dua tahun terakhir, saat Jembatan Kartanegara belum rampung. Ditambah akses jalan poros Tenggarong-Loa Janan masih rusak, kunjungan wisatawan yang datang ke Festival Erau bisa mencapai 50 ribu orang.
Sedangkan tahun 2016 ini, keuangan APBD Kukar sedang dilanda badai defisit anggaran, namun penyelenggaraan Erau tetap meriah dan berjalan lancar.
Bupati Kukar bahkan memastikan meski tiap tahun anggaran untuk perhelatan Erau pelan-pelan dikurangi, namun angka kunjungan wisatawan justru mengalami peningkatan. “Yah, maksud ibu bupati juga menegaskan bahwa, dalam kondisi keuangan yang tidak bisa terhindarkan ini, kunjungan wisatawan ke Kukar justru meningkat. Makanya inovasi juga terus digalakkan agar pengunjung juga tidak bosan dalam perhelatan Erau. Tiap tahun selalu saja ada tantangan. Tapi, itulah yang menjadi salah satu motivasi kami,” paparnya.
Saat ini, penyelenggaraan EIFAF sangat memberi dampak positif terhadap ekonomi Kukar. Bahkan, hotel dan penginapan di Tenggarong sebagai pusat perayaan festival sudah tak muat menampung tamu dari luar.
Dengan kearifan lokal yang dimiliki Kukar, merupakan modal utama dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan latar belakang kerajaan tertua, berbagai potensi budaya dapat dikelola dan dikembangkan menjadi komoditas guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Bahkan Erau juga dikenalkan melalui film layar lebar yang berjudul Erau Kota Raja.
Dalam pembukaan EIFAF 2016 dilakukan oleh Direktur Kesenian Kementerian dan Kebudayaan, Kemendikbud RI Endang Caturwati. Acara pembukaan EIFAF 2016 berlangsung meriah dengan diawali parade grup kesenian dari lokal dan mancanegara.
Sepuluh grup kesenian mancanegara tampak antusias menyuguhkan kesenian khas negara asal masing-masing. Ribuan penonton yang hadir pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya hingga berkali-kali bertepuk tangan dan bersorak.
Delegasi luar negeri yang ikut mengirimkan delegasi keseniannya, yakni Taiwan, USA, Lithuania, Kanada, Polandia, Rumania, Estonia, Bulgaria, dan Rusia. Sedangkan delegasi kesenian Indonesia membawakan sejumlah tarian khas Kutai dan Dayak.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga pernah menyebutkan jika acara EIFAF berkontribusi menyumbang target 10 juta wisatawan ke Kaltim. Kukar menurutnya kini sangat diperhitungkan. Gubernur pun mengapresiasi upaya Bupati Kukar yang berinovasi dalam mengenalkan budaya Kutai ke mancanegara.
Untuk tahun ini, tercatat sebanyak 1.479 delegasi kesenian lokal yang hadir. Sedangkan delegasi mancanegara berjumlah 218 orang. Dalam acara pembukaan EIFAF tersebut juga turut dimeriahkan tarian tradisional yang melibatkan 150 penari. Pengiring musik langsung dibawakan Gerbang Raja Mini Orkestra yang memainkan traditional live music.
Tercatat, kunjungan wisatawan yang datang ke Kukar mengalami peningkatan sejak digelarnya EIFAF. Sebelum tahun 2013, pengunjung hanya berkisar 762.801 wisatawan per tahun. Pada 2014, naik menjadi 1.253.089. Sedangkan tahun 2015 kembali melonjak menjadi 1.450.748 orang. (pms/qi/rom/k15)
WISATAWAN yang bertandang dalam perhelatan Festival Erau 2016, mungkin sulit melupakan suara lantang menggebu-gebu Rita Widyasari, ketika membuka Festival Erau di Stadion Rondong Demang beberapa waktu lalu.
Ia menyampaikan optimistisnya, jika Festival Erau yang telah dikenal dunia ini, juga bakal memberikan dampak positif bagi pariwisata di Kukar bahkan Kaltim. Inovasinya menyelaraskan Festival Erau dan Erau International Folk Art Festival (EIFAF), semakin membuat para wisatawan dalam hingga luar negeri tertarik menginjakkan kakinya ke Kutai.
Perempuan yang biasa disapa Bunda oleh warganya itu juga sempat menceritakan sejarah Pesta Adat Erau. Selain menyimpan arti sakral, kegiatan tersebut menurutnya juga sebagai media pendidikan generasi penerus.
Pasalnya kata dia, dengan melestarikan budaya, diharapkan juga bisa ikut membentuk generasi berkarakter. Di tengah kesibukannya menyelenggarakan urusan pemerintahan, Rita juga menyempatkan diri berbaur bersama warga menjalankan satu per satu konten acara Erau.
Salah satunya makan bersama rakyat sambil “mengaspal” lalu menari dan larut dalam sukacita. Seolah tak ada batasan, Rita pun menunjukkan jika Festival Erau benar-benar acara rakyat dan untuk rakyat.
Setelah makin mendunia, Festival Erau pun resmi ditetapkan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI sebagai warisan budaya Indonesia. Erau dinobatkan sebagai warisan budaya Indonesia melalui Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2016, pada Kamis (15/9) lalu, di Jakarta.
Hanya selang sehari setelahnya, Erau kembali dinobatkan sebagai Festival Budaya Terpopuler (Most Populer Cultural Festival) di Indonesia. Erau bahkan mengalahkan Jember Fashion Carnival (JFC) yang juga marak dikunjungi turis mancanegara. Begitu juga dengan Festival Jailolo. Erau memperoleh nilai 26,4 persen tertinggi dibanding Jember Fashion Carnival 26,1 persen dan Festival Teluk Jailolo 13,6 persen.
Penghargaan tersebut diserahkan dalam penyelenggaraan anugerah Pesona Indonesia 2016 yang digagas pihak swasta bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Pemilihan destinasi atau objek wisata terpopuler berlangsung sejak 23 Mei 2016 sampai 23 Agustus 2016 melalui sebuah website. Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menyerahkan penghargaan itu, langsung mengucapkan selamat kepada Bupati Kukar Rita Widyasari.
Rita menyampaikan rasa bangganya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada apresiasi menteri yang dipastikan bakal ikut membesarkan pariwisata di Kukar. Penghargaan bergengsi ini bakal menjadi motivasi serta inovasi pengembangan pariwisata di Kukar. “Penghargaan ini akan kami pertahankan dengan melakukan kolaborasi agar digemari dan dinikmati masyarakat,” ujar Rita.
Ia mengakui keberhasilan Erau melekatnya Erau sebagai Festival Terpopuler itu tak lepas dari tingginya antusiasme masyarakat yang terlibat. Begitu juga dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat dalam acara tradisi leluhur tersebut.
Rita berharap, tak hanya Erau yang mendapat penghargaan, tetapi juga seperti kuliner khas Kutai dan lainnya. “Bersama pemerintah daerah lain berlomba-lomba menemukan surga wisata yang tersembunyi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni mengatakan, baik dirinya maupun bupati semula tak menyangka jika Festival Erau mampu menduduki peringkat teratas dalam kategori terpopuler tersebut.
Apalagi, lanjut dia, sejumlah festival budaya yang menjadi pesaing juga cukup dikenal baik di Nusantara maupun dunia. Salah satunya JFC yang menjadi ikon Kabupaten Jember. “Hingga dibacakan pengumumannya, kami sama sekali tidak percaya jika meraih penghargaan tersebut. Selisihnya dengan JFC hanya 0,3 persen saja. Sangat tipis sekali," ujar Sri.
Yang lebih membanggakan, berbagai tantangan mampu dilalui di setiap penyelenggaraan Erau. Seperti dua tahun terakhir, saat Jembatan Kartanegara belum rampung. Ditambah akses jalan poros Tenggarong-Loa Janan masih rusak, kunjungan wisatawan yang datang ke Festival Erau bisa mencapai 50 ribu orang.
Sedangkan tahun 2016 ini, keuangan APBD Kukar sedang dilanda badai defisit anggaran, namun penyelenggaraan Erau tetap meriah dan berjalan lancar.
Bupati Kukar bahkan memastikan meski tiap tahun anggaran untuk perhelatan Erau pelan-pelan dikurangi, namun angka kunjungan wisatawan justru mengalami peningkatan. “Yah, maksud ibu bupati juga menegaskan bahwa, dalam kondisi keuangan yang tidak bisa terhindarkan ini, kunjungan wisatawan ke Kukar justru meningkat. Makanya inovasi juga terus digalakkan agar pengunjung juga tidak bosan dalam perhelatan Erau. Tiap tahun selalu saja ada tantangan. Tapi, itulah yang menjadi salah satu motivasi kami,” paparnya.
Saat ini, penyelenggaraan EIFAF sangat memberi dampak positif terhadap ekonomi Kukar. Bahkan, hotel dan penginapan di Tenggarong sebagai pusat perayaan festival sudah tak muat menampung tamu dari luar.
Dengan kearifan lokal yang dimiliki Kukar, merupakan modal utama dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan latar belakang kerajaan tertua, berbagai potensi budaya dapat dikelola dan dikembangkan menjadi komoditas guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Bahkan Erau juga dikenalkan melalui film layar lebar yang berjudul Erau Kota Raja.
Dalam pembukaan EIFAF 2016 dilakukan oleh Direktur Kesenian Kementerian dan Kebudayaan, Kemendikbud RI Endang Caturwati. Acara pembukaan EIFAF 2016 berlangsung meriah dengan diawali parade grup kesenian dari lokal dan mancanegara.
Sepuluh grup kesenian mancanegara tampak antusias menyuguhkan kesenian khas negara asal masing-masing. Ribuan penonton yang hadir pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya hingga berkali-kali bertepuk tangan dan bersorak.
Delegasi luar negeri yang ikut mengirimkan delegasi keseniannya, yakni Taiwan, USA, Lithuania, Kanada, Polandia, Rumania, Estonia, Bulgaria, dan Rusia. Sedangkan delegasi kesenian Indonesia membawakan sejumlah tarian khas Kutai dan Dayak.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga pernah menyebutkan jika acara EIFAF berkontribusi menyumbang target 10 juta wisatawan ke Kaltim. Kukar menurutnya kini sangat diperhitungkan. Gubernur pun mengapresiasi upaya Bupati Kukar yang berinovasi dalam mengenalkan budaya Kutai ke mancanegara.
Untuk tahun ini, tercatat sebanyak 1.479 delegasi kesenian lokal yang hadir. Sedangkan delegasi mancanegara berjumlah 218 orang. Dalam acara pembukaan EIFAF tersebut juga turut dimeriahkan tarian tradisional yang melibatkan 150 penari. Pengiring musik langsung dibawakan Gerbang Raja Mini Orkestra yang memainkan traditional live music.
Tercatat, kunjungan wisatawan yang datang ke Kukar mengalami peningkatan sejak digelarnya EIFAF. Sebelum tahun 2013, pengunjung hanya berkisar 762.801 wisatawan per tahun. Pada 2014, naik menjadi 1.253.089. Sedangkan tahun 2015 kembali melonjak menjadi 1.450.748 orang. (pms/qi/rom/k15)
Original Article : http://kaltim.prokal.co/read/news/278499-diapresiasi-menteri-sukses-lewati-tantangan-bertubi-tubi
Media Coverage
'Absence That Made Us Proud' - Puti Anindya featured on HAI! Magazine
11.12CIOFF INDONESIAFoto by : IG @putianindya |
Apa yang dimaksud dengan absen yang membanggakan? Apakah masuk setiap hari tanpa absen sakit atau izin, atau hadir di sekolah dengan cara yang berbeda?
Apa yang lo rasa ketika lo balik ke sekolah setelah satu bulan izin? Pasti bingung, banyak ketinggalan pelajaran, dan ditunggu dengan tugas yang banyaknya bukan main. Tapi, gimana kalau lo balik ke sekolah setelah satu bulan menampilkan budaya Indonesia di luar negeri yang pastinya, dilihat berbagai macam negara?
Itulah yang dirasakan Puti Anindya, siswi kelas 12 SMAN 37 Jakarta yang baru aja balik ke Indonesia setelah satu bulan pergi ke Meksiko. Cewek yang akrab disapa Anin ini mengaku rasanya campur aduk lantaran dia udah cukup lama nggak sekolah. Eits, bukan karena bolos dong tentunya. Alasan Anin nggak sekolah karena dia pergi ke negara lain untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mata dunia.
“Antara sedih, bete, dan bangga. Sedih karena harus ninggalin temen dan keluarga disini, bete karena balik-balik langsung disapa tugas, dan pastinya bangga banget bisa ikut berpartisipasi ngenalin budaya Indonesia ke negara lain,” aku cewek berusia 17 tahun itu.
Anin merupakan salah satu penari Indonesia yang turut berpartisipasi dalam acara CIOFF World Folkloriada, acara pertemuan seluruh CIOFF di dunia dalam rangka festival terbesarnya di Meksiko. Ternyata, nggak hanya Indonesia yang hadir di acara ini. Rumania, Turki, dan Portugal adalah tiga negara dari 46 negara yang hadir. Wah, pasti asyik banget ya guys bisa ketemu dan nonton langsung budaya dari berbagai belahan dunia.
Indonesia tentunya nggak mau kalah eksis. Para penari dari CIOFF Indonesia menampilkan beberapa tarian diantaranya tari Topeng, tari Ginjiring, tari Saman, dan tari Bajidor.
“Grup dari Indonesia dibagi jadi dua tim. Aku kebagian untuk nari tari Bajidor, tari Greget Jawara, tari Topeng, tari Ginjring, dan tari Saman,” terang Anin. “Sedangkan tim satu lagi kebagian untuk nari Bubuka, Enggang, Balian Bawo dan tari Wirarebana.”
Gimana sih perasaan Anin yang udah berhasil untuk nunjukin budaya Indonesia ke kancah internasional?
“Rasanya udah pasti bangga banget, budaya kita diapresiasi sama negara lain di festival yang bisa dibilang besar ditambah negara yang ikut serta nggak kalah luar biasa. Dengan bisa belajar budaya negara lain dan mereka juga bisa kenal serta belajar tentang budaya kita itu suatu kesenangan yang nggak bisa gue ungkapin.” Tutur Anin.
Kita sebagai remaja Indonesia udah wajib hukumnya untuk bangga dengan budaya kita. Indonesia memang negeri yang kaya akan keanekaragaman yang harus kita lestarikan, jangan sampai budaya kita hilang atau malah diambil orang lain.
Salut deh sama Anin! (T-HSC#6)
Laporan: Latifah Hanum Khairunnisa (SMA Negeri 37 Jakarta)
Artikel ini ditulis sebagai bagian dari program 7 Hari Bercerita yang diikuti oleh HAI School Crew, komunitas wartawan pelajar HAI.
Apa yang lo rasa ketika lo balik ke sekolah setelah satu bulan izin? Pasti bingung, banyak ketinggalan pelajaran, dan ditunggu dengan tugas yang banyaknya bukan main. Tapi, gimana kalau lo balik ke sekolah setelah satu bulan menampilkan budaya Indonesia di luar negeri yang pastinya, dilihat berbagai macam negara?
Itulah yang dirasakan Puti Anindya, siswi kelas 12 SMAN 37 Jakarta yang baru aja balik ke Indonesia setelah satu bulan pergi ke Meksiko. Cewek yang akrab disapa Anin ini mengaku rasanya campur aduk lantaran dia udah cukup lama nggak sekolah. Eits, bukan karena bolos dong tentunya. Alasan Anin nggak sekolah karena dia pergi ke negara lain untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mata dunia.
“Antara sedih, bete, dan bangga. Sedih karena harus ninggalin temen dan keluarga disini, bete karena balik-balik langsung disapa tugas, dan pastinya bangga banget bisa ikut berpartisipasi ngenalin budaya Indonesia ke negara lain,” aku cewek berusia 17 tahun itu.
Anin merupakan salah satu penari Indonesia yang turut berpartisipasi dalam acara CIOFF World Folkloriada, acara pertemuan seluruh CIOFF di dunia dalam rangka festival terbesarnya di Meksiko. Ternyata, nggak hanya Indonesia yang hadir di acara ini. Rumania, Turki, dan Portugal adalah tiga negara dari 46 negara yang hadir. Wah, pasti asyik banget ya guys bisa ketemu dan nonton langsung budaya dari berbagai belahan dunia.
Indonesia tentunya nggak mau kalah eksis. Para penari dari CIOFF Indonesia menampilkan beberapa tarian diantaranya tari Topeng, tari Ginjiring, tari Saman, dan tari Bajidor.
“Grup dari Indonesia dibagi jadi dua tim. Aku kebagian untuk nari tari Bajidor, tari Greget Jawara, tari Topeng, tari Ginjring, dan tari Saman,” terang Anin. “Sedangkan tim satu lagi kebagian untuk nari Bubuka, Enggang, Balian Bawo dan tari Wirarebana.”
Gimana sih perasaan Anin yang udah berhasil untuk nunjukin budaya Indonesia ke kancah internasional?
“Rasanya udah pasti bangga banget, budaya kita diapresiasi sama negara lain di festival yang bisa dibilang besar ditambah negara yang ikut serta nggak kalah luar biasa. Dengan bisa belajar budaya negara lain dan mereka juga bisa kenal serta belajar tentang budaya kita itu suatu kesenangan yang nggak bisa gue ungkapin.” Tutur Anin.
Kita sebagai remaja Indonesia udah wajib hukumnya untuk bangga dengan budaya kita. Indonesia memang negeri yang kaya akan keanekaragaman yang harus kita lestarikan, jangan sampai budaya kita hilang atau malah diambil orang lain.
Salut deh sama Anin! (T-HSC#6)
Laporan: Latifah Hanum Khairunnisa (SMA Negeri 37 Jakarta)
Artikel ini ditulis sebagai bagian dari program 7 Hari Bercerita yang diikuti oleh HAI School Crew, komunitas wartawan pelajar HAI.