Rabu, 26 Juni 2019

Al- Azhar Kembangan Team Goes To Pendik Children Festival


Tim tari SMP Al Azhar 10 Kembangan Jakarta berkesempatan mengikuti 14’th International Children Festival di Pendik, Turki pada tanggal 19 – 23 April 2019. Grup Al – Azhar 10 Kembangan terdiri dari 14 penari, 13 pemusik, Pak Manaf dan Ibu Neni selaku guru dari Al – Azhar 10, Almira Islamey sebagai Representative, dan Lydia Lestari Utami sebagai Koreografer. SMP Al – Azhar Kembangan latihan kurang lebih selama 3 bulan di setiap minggunya. 

Adapun tarian yang dipelajari yaitu tari Piring, tari Tokecang, tari Greget Jawara, tari Karepa dan tari Rapai Geleng. Sebelum berangkat menikuti Festival, SMP Al – Azhar 10 Kembangan melakukan pelepasan yang diadakan di Aula sekolah SMP pada hari senin, 15 April 2019. Pelepasan ini merupakan bentuk pertunjukan atas apa yang telah dilatih selama beberapa bulan belakangan ini, dan mempersembahkan dua tarian, yaitu tari Greget Jawara, tari Tokecang dan tari Rapai Geleng.





Setelah pelepasan grup SMP Al – Azhar 10 Kembangan berangkat ke Turki pada tanggal 17 April 2019 dengan menggunakan pesawat Turkish Airlines. Setibanya di Istanbul grup SMP Al – Azhar 10 Kembangan dijemput untuk melanjutkan perjalanan ketempat festival di Pendik. Perjalanan ke Pendik memakan waktu kurang lebih 2 jam. 14’th International Children Festival diikuti oleh 10 negara, yaitu Azerbaijan, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Indonesia, Hungary, China, Ukraine, Serbia, TRNC. Opening Ceremony dilaksanakan di Pendik Beach Square dengan diawali parade dari setiap negara peserta dimulai dari Ataturk Monument Area.



Selama festival mereka berkesempatan tampil 3 kali, pada opening ceremony, pada hari anak di Sekolah dan juga outdoor performances di Pendik beach Square. Indonesia selalu menjaid pusat perhatian ketika berlatih dan tampil, karena dari seluruh tim yang berpartisipasi hanya Indonesia yang menampilkan Live music dan warna tarian yang berbeda. Selain performance mereka juga berkesempatan untuk Tour di Istanbul, melihat Miniaturk, Blue Mosque dan juga sebuah masjid baru bernama Camlica Camii.




Pengalaman mereka yang paling berkesan adalah saat tampil di Sekolah Abdullah Acar, mereka membuatkan panggung dan acara sebagai ajang bertukar budaya. Pada momen tersebut ketika Tim Al-azhar Kembangan menampilkan tarian piring dan juga Tokecang, mereke menerima apresiasi yang sangat luar biasa, sehingga seisi sekolah bergemuruh meyambut penampilan mereka.

Begitu juga dengan penampilan mereka di panggung utama yang mendapatkan apresiasi baik dari warga Turki. Demikianlah perjalanan misi budaya Tim Al-azhar di Pendik Turkey ditutup dengan mengikuti upacara penutupan, dan pemberian hadiah kepada Mayor Pendik, dan juga perpisahan dengan orang tua asuh selama di Pendik, Tim pun melanjutkan perjalanannya untuk Tur ke Eropa.









Senin, 24 Juni 2019

Misi Budaya CIOFF® Indonesia


Budaya merupakan segala sesuatu yang diciptakan manusia tentang cara hidup berkembang secara bersama pada suatu kelompok yang memiliki unsur keindahan atau estetika secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dengan adanya budaya kita dapat mengetahui identitas negara kita dan identitas diri kita sendiri.

Indonesia adalah salah satu Negara kesatuan yang di dalamnya dipenuhi dengan keragaman serta kekayaan. Ada berbagai suku bangsa dan budaya serta ras, daerah dan juga kepercayaan agama. Selain itu, masih banyak lagi keragaman budaya yang ada di Indonesia.

Dengan segala keragaman budaya yang berlimpah CIOFF® Indonesia telah menambahkan semangat dan cinta akan kebudayaan dan seni tradisional Indonesia serta menumbuhkan kepedulian dalam diri masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan dan kesenian Indonesia.

Selama ini CIOFF® Indonesia telah memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui festival – festival tari rakyat keseluruh penjuru dunia. Dengan  mengikutsertakan dan memberikan pengalaman internasional bagi generasi muda tentang kesenian Indonesia. CIOFF® Indonesia mengajarkan kepada peserta – peserta yang mengikuti kegiatan ini bagaimana cara menari, bermain musik, berinteraksi dengan peserta lain nya dalam satu festival.

Dan tentunya masih sampai saat ini CIOFF® Indonesia telah berkolaborasi dengan banyak perkumpulan seni tari dan budaya baik lokal maupun nasional, sekolah (mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi), dan tentunya pecinta dan penikmat seni tari dan budaya.

Bagaimanakah dengan kamu sudahkah kamu ikut serta dalam misi ini?



#Mencintai budaya itu indah



Amira Khoirunnisa, CIOFF Youth Member





















Mengharumkan Nama INDONESIA Di 11th Gangneung International Junior Art Festival 2012 Bersama CIOFF® Indonesia


Untuk pertama kali nya SMA Negeri 8 Jakarta berkesempatan bekerja sama dengan CIOFF® Indonesia untuk mengikuti festival folklore internasional di luar negeri. SMA Negeri 8 Jakarta yang dipimpin oleh Ibu Cut Meurah Regariana ini mendapatkan keberuntungan untuk mengikuti salah satu festival CIOFF® Indonesia yaitu di Kota Gangneung, Korea Selatan pada tanggal 27 – 30 Juli 2012.







Dalam festival ini, grup SMA Negeri 8 Jakarta yang beranggotakan 13 orang ini membawakan 5 tarian dari berbagai provinsi di Indonesia, di antaranya Tari Nandak Ganjen dari Betawi, Tari Tokecang dari Jawa Barat, Tari Piring dari Sumatera Barat, Tari Soya-Soya dari Maluku Utara, dan Tari Saman dari Aceh.

Para peserta sudah mempersiapkan keberangkatan ini semenjak awal bulan Mei sampai dengan Juli mendekati tanggal keberangkatan, persiapan yang matang selama berbulan-bulan tersebut membuahkan penampilan yang baik dalam festival. Contohnya Tari Saman mendapat “standing applause” dari para penonton dan diminta untuk menampilkan 3x berturut-turut sampai saat penutupan festival.



Sebagai orang yang awam dalam hal budaya terutama Seni Tari, Saya merasa sangat beruntung dapat mengikuti suatu kegiatan yang sangat besar apalagi yang berskala Internasional dan mendapat bimbingan dari pelatih – pelatih yang professional dari CIOFF® Indonesia.

Terima kasih CIOFF® Indonesia yang telah membuat saya menjadi orang yang pernah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.


#Budaya adalah perluasan pikiran dan semangat





Written by Rizki  Aprilita Ramadhani – Member of CIOFF® Indonesia









CIOFF FOLKLORIADA-Festival Terbesar Didunia

Setiap 4 tahun sekali CIOFF dunia mengadakan Folkloriada, The Biggest Folklore Festival in the world, setiap negara di penjuru dunia mengirimkan delegasi terbaik nya untuk mewakili negara nya untuk mengenalkan seni budaya dengan misi perdamaian dunia.

Tahun 2012 silam saya berkesempatan untuk mengikuti FOLKLORIADA Festival yang diadakan oleh CIOFF Korea dikota Anseong.tentunya kepaergian dan keikutsertaan saya kesana mewakili Negara Indonesia, dan dipercaya mewakili CIOFF® Indonesia Rasa bangga menjadi anak bangsa dan kecintaan saya akan budaya Indonesia menjadi bertambah karena begitu banyak hal – hal menarik yang saya dapatkan ketika saya mengikuti Folkloriada 2012. 

Dengan berbagai pengalaman berharga yang saya dapatkan ketika mengikuti festival festival lainnya, semenjak saya bergabung di CIOFF® Indonesia,  kembali saya dipercayakan oleh CIOFF® Indonesia dan tentunya juga mewakili Negara tercinta untuk mengikuti Folkloriada 2016 di Mexico pada tanggal 29 Juli – 14 Agustus 2016 yang melibatkan 1500 seniman dari 48 negara di dunia dan saya salah satu nya.


“Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha”, “If you want it work for it!”

Dua kata bijak tersebut yang selalu menjadi pedoman hidup saya untuk berani melangkah kedepan di hidup saya. Persiapan kami tidak mudah untuk mengibarkan bendera merah putih di 31 Negara-negara yang saya pernah kunjungi, selain kami harus mempunyai tekad yang kuat untuk mempromosikan budaya Indonesia, kami pun harus mempersiapkan fisik kami dengan berlatih 6 jam setiap hari Minggu selama 6 bulan.untuk tari dan musik, karena adanya keterbatasan peserta kami harus bergantian bermain musik dan menari pada saat yang sama,merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk saya, karena saya yakin tidak banyak orang yang dapat melakukannya. Belum lagi kami harus ganti kostum di setiap tarian nya, tentu butuh persiapan yang matang.

Tarian dan musik yang kami bawakan berbagai macam, kami membawa Tari Greget Jawara dari D.K.I Jakarta, Wira Rebana dari Bali, Tari Topeng dari Jawa Barat, Tari Bubuka dari Jawa Barat, Tari Bajidor Kahot dari Jawa Barat, Tari Topeng Keras dari Bali, Tari Enggang Balian dari Kalimantan, Tari Ginjring (Kreasi) dari Jawa barat dan tentu nya Tari Saman dari Aceh, tari yang telah masuk dalam Daftar Warisan Budaya UNESCO, UNESCO Representative List of the Intangible ICH in the 6th Session of the Intergovernmental Committee for the Protection of Cultural Heritage of UNESCO di Bali pada 24 November 2011.

Festival Folkloriada 2016 dilaksanakan di 3 kota yang berbeda, yaitu di kota Zacatecas, Kota Santiago de Queretaro, dan kota Mexico City. Total 50 jam saya dan tim harus terbang dan, kami transit di Abu Dhabi, Washington DC, Texas dan akhirnya tiba di Zacatecas disambut dengan pesta rakyat khas masyarakat Mexico yang bernama Callejoneada sebagai pesta kedatangan untuk semua negara partisipan Folkloriada 2016, meliputi parade menuju pusat kota bersama seluruh partisipan dan masyarakat Zacatecas. Kami berjalan sambil bernyanyi, menari, membawa alat musik dan disediakan juga oleh pemerintah Mexico minuman khas Mexico yaitu, Tequila. Tequila disajikan sangat unik, setiap partisipan diberikan name tag berupa gelas untuk meminum tequila, sepanjang jalan ada beberapa keledai yang membawa gallon tequila untuk di bagikan ke peserta dan masyarakat Zacatecas. Saat Callejonaeda semua partisipan dari semua negara dan masyarakat berbaur dan bergembira bersama tanpa mengenal perbedaan ras, suku, kulit dan budaya.


THE MOST HAPPIEST PARADE I’VE EVER HAD!

Berjalan sepanjang 3,5 km menyanyikan lagu tradisional Indonesia sambil menari dan bermain musik tidak terasa, karena antusiasme masyarakat yang luar biasa, penuh nya jalanan menuju Centro Historico, applause mereka ketika kita lewat, banyak yang meminta foto karena kostum kami colorful dan menggunakan property yang menarik, yaitu kostum Kalimantan dan betawi. Bahkan masyarakat Zacatecas teriak “Bailar”, artinya mereka meminta kami menari dan itu terjadi berkali – kali. Sungguh luar biasa bahagianya ketika ada orang – orang yang menghargai kebudayaan bangsa lain.

Selain itu ada kejadian yang mengharuskan kita solid sebagai tim CIOFF® Indonesia, yaitu ketika beberapa penari cidera dan sakit selama di Mexico, Tetapi semua terbayar sudah, ada yang membuat saya menitihkan air mata dan sangat bahagia adalah ketika kami pertunjukan terakhir di kota Zacatecas pada hari itu saya menari Tari Wira Rebana, Tari Bubuka dan Tari Saman serta bermain musik untuk mengiringi tarian lain nya. Indonesia mendapatkan kesempatan terakhir untuk menutup acara setelah negara Bulgaria. Untuk pertama kali nya tari Bubuka mendapatkan standing applause dari depan panggung hingga ujung belakang semua berdiri dan tepuk tangan dengan meriah. Lalu setelah pertunjukan saya buka Instagram ada orang yang merekam saya solo menari bubuka dan di upload di Instagram nya dengan caption “Amazing dance from Indonesia”. Rasa bahagia dan rasa bangga campur aduk yang bisa saya lakukan hanya memeluk teman – teman saya dan mengucap syukur kepadaNya .

Ini adalah perjalanan dan pengalaman terbaik bagi hidup saya, sehingga terus menambah kecintaan saya kepada budaya kita.


#Terima kasih Indonesia, terima kasih CIOFF® Indonesia#

“Bukan kita yang menilai usaha kita, 
tetapi orang lain yang akan menghargai hasil jerih payah kita”.



Nur Kusuma Ngarasati, Head Public Relations CIOFF® Indonesia






Pengalaman Pertama dengan CIOFF® Indonesia


Pada tahun 2011, dimana saya masih duduk di kelas 7 SMP di SMP Adik Irma. Suatu saat sekolah kami diberi kesempatan untuk mengikuti festival tari dan musik tradisional mewakili negara Indonesia di Turki, oleh CIOFF® Indonesia. Saya pun memutuskan untuk daftar dan mengikuti kegiatan tersebut, berserta beberapa teman lainnya.

Lalu pada akhir tahun 2011, latihan pertama kali dimulai. Pelatih – pelatih dari
CIOFF® Indonesia memberikan informasi atau wawasan dasar tentang tari seperti, bentuk, gerakan dasar, arah, dll. Setelah itu kami dibagi menjadi 2 kelompok tari, yang setiap kelompok masing-masing menarikan 2 tarian berbeda dan 1 tarian yang bersama. Kelompok saya diberikan Tari Tokecang dan Tari Rebana, sedangkan kelompok satunya diberikan Tari Nandak dan Tari Jarai, dan 1 tari lagi yang dimainkan bersama, Tari Saman.

Bagi saya, yang awalnya memang tidak terlalu mengerti tari, apa yang diajarkan dan diarahkan oleh pelatih-pelatih dari CIOFF® Indonesia sangat membantu saya dan teman – teman lain nya untuk mengerti cara menari yang baik. Dengan waktu yang  tidak terlalu panjang, hanya latihan setiap hari sabtu dan minggu selama kurang lebih 4 bulan, kita dapat menari semua tarian yang sudah diberikan dengan baik untuk dibawa ke Turki. Tidak lupa, kami juga diajari cara memain musik tradisional untuk mengiri para penarinya.

Selain mengajari tentang tari, pelatih - pelatih CIOFF® Indonesia juga mengajari kami bagaimana caranya merias sebagai seorang penari. Secara tidak langsung CIOFF® Indonesia juga mengajari kami bagaimana untuk hidup dan berperilaku selama di luar negeri nantinya saat mengikuti festival.



Dan pada akhirnya, bulan April 2012 sebelum kami berangkat kami mengadakan acara pelepasan di sekolah kami. Tidak lama setelah itu, baru kami semua berangkat ke Turki yang ditemani juga oleh satu perwakilan CIOFF® Indonesia. Mengikuti kegiatan bersama CIOFF® Indonesia merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam kehidupan saya, apalagi sekarang saya telah menjadi bagian dari CIOFF® Indonesia.





#budaya dapat membuat orang lebih saling memahami.


 Artikel oleh Ayasha S
 Staff Blog of CIOFF® Indonesia


CIOFF® INDONESIA & Me



Saya masih ingat awal tahun 2005, ketika saya diangkat menjadi anggota di CIOFF® Indonesia. Di awal-awal masa itu, banyak sekali hal-hal yang harus saya pelajari, mengenai CIOFF® International, mulai dari CIOFF History yang isi nya adalah awal bagaimana terbentuk nya CIOFF di Kota Confolens, Perancis dengan pendiri nya Henry Coursaget, lalu CIOFF By-Laws yang berisi AD/ART CIOFF, CIOFF Internal Regulation, CIOFF Festival Guidelines, dan seterusnya.

Tanpa terasa hingga awal tahun 2019 ini, CIOFF berkembang pesat, khusus nya CIOFF® Indonesia. Di tahun 2005 tersebut kami memulai dengan hanya 8 pelatih, dan menangani 4-5 group misi budaya per tahun  nya, namun sekarang tahun 2019 kami mempunyai lebih dari 30 orang pelatih yang memberangkatkan belasan group per tahun, dan bahkan tiap tahun nya kami mempunyai 3 International Folklore Festival di Indonesia yang alhamdulilah sudah mulai di kenal di dunia, yaitu Surabaya Cross Culture International Folk & Arts Festival, Erau Adat Kutai International Folk & Arts Festival, dan Polewali Mandar International Folk & Arts Festival, bahkan kami mempunyai rencana untuk menambah 2-3 festival baru di Indonesia.



Salah satu prestasi yang membanggakan yang pernah saya alami sebagai bagian dari CIOFF® Indonesia adalah ketika CIOFF Indonesia mendapat kepercayaan dari CIOFF Dunia untuk menjadi tuan rumah 47th CIOFF® World Congress 2017 di Tenggarong, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, pada tanggal. 20-29 Oktober 2017. CIOFF® World Congress merupakan kegiatan tahunan CIOFF® International, dimana seluruh anggota CIOFF berkumpul di suatu tempat untuk melakukan  pertemuan-pertemuan yang membahas masalah budaya, organisasi, dan lain nya. CIOFF® World Congress adalah acara bergengsi di CIOFF Dunia, dimana jika kita ingin menjadi tuan rumah, kita harus mendaftar dari 2-3 tahun sebelum nya, dengan proses yang panjang, survey, dan banyak lagi.

CIOFF® World Congress di Tenggarong ini di hadiri oleh 127 orang yang berasal dari 43 negara dan alhamdulillah acara ini berjalan lancar dan sukses luar biasa. Semua peserta congress merasa puas dengan persiapan dan pelayanan CIOFF® Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, hal ini dapat di lihat dari standing ovation para peserta congress pada saat acara penutupan.

Untuk kedepannya, saya berharap pencapaian CIOFF® Indonesia tidak berhenti sampai di sini, karena masih banyak tugas-tugas yang masih harus dilakukan untuk menjaga kebudayaan peninggalan nenek moyang, salah satu nya adalah menjadikan generasi muda mengenal dan mencintai budaya kita sendiri. Saya juga berharap CIOFF® Indonesia menjadi semakin besar, semakin solid, dan menjadi organisai budaya yang dapat membanggakan Indonesia di dalam dan luar negeri. Bravo CIOFF® Indonesia, saya bangga menjadi bagian dari CIOFF® Indonesia.
#people without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots – Marcus Garvey


Written by: Ayu Wiranti
General Secretary of CIOFF Indonesia

Bagaimana Saya Bisa Menjadi Bagian dari CIOFF® Indonesia?


Terkadang kita tidak sadar seberapa jauh kita melangkah sampai kita diminta untuk menuliskannya dalam sebuah artikel. Semua berawal dari tahun 2012 saat saya sedang menempuh pendidikan menengah pertama (SMP) di Sekolah Adik Irma, datang tawaran program misi budaya ke Turki dari sebuah organisasi yang bernama CIOFF® Indonesia. Singkat cerita, saya mengikuti program misi budaya tersebut bersama tim misi budaya Adik Irma lainnya. Di Turki, kami mengikuti sebuah festival budaya yang bernama International Pendik Children’s Festival sebagai penari. Setelah kembali ke Indonesia, saya di rekrut untuk menjadi pelatih tari sekaligus member di CIOFF® Indonesia. Kemudian di tahun 2013 dan 2014 saya bersama tim misi budaya Adik Irma juga mengikuti festival misi budaya di Maroko dan Taiwan.



Tim Misi Budaya Adik Irma, Maroko 2013

Hingga sekarang, saya aktif mengikuti pelatihan serta mengajar tari ke sekolah – sekolah yang akan berangkat misi budaya bersama CIOFF® Indonesia. Sejak tahun 2018, saya mulai menjadi staff di divisi Public Relation CIOFF® Indonesia yang bertugas mengurus seluruh media sosial CIOFF® Indonesia mulai dari Instagram, Facebook, dan Twitter. Konten yang saya publikasikan antara lain adalah live report dari festival – festival yang sedang berlangsung di Indonesia, workshop yang diadakan bersama Ruang Kreatif GIK, dan pertemuan – pertemuan lokal maupun internasional yang diikuti oleh CIOFF® Indonesia.


 Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2018



Workshop CIOFF Indonesia x Ruang Kreatif GIK

Siapa sangka 7 tahun telah saya lalui bersama CIOFF® Indonesia dan tentunya banyak hal baru yang saya dapatkan dari organisasi ini. Banyaknya pengalaman dapat membuat kita menjadi paham dan ahli dalam suatu hal yang semoga dapat berimbas baik nanti nya. Ini untuk semakin banyak tahun bersama CIOFF® Indonesia. 

#ShareCulture

Artikel karya Adinda Hawari, Staff Public Relation 





Menjadi Duta Budaya Bersama CIOFF® Indonesia


Bermula ketika saya menyaksikan sebuah penampilan tari Saman, muncul ketertarikan terhadap seni budaya Indonesia yang kemudian menjadi titik awal dari perjalanan meraih prestasi besar dalam hidup saya. Saat itu merupakan tahun terakhir saya dibangku SMA, ketika sebuah program dari organisasi kebudayaan Internasional, yang bernama CIOFF® Indonesia, datang ke sekolah saya.

Program tersebut merupakan kegiatan misi budaya mewakili nama Indonesia, dalam festival dan kompetisi tari tradisional tingkat Internasional di kota Yalova, Turki. Mendapatkan kesempatan menampilkan bakat dan hobi di tingkat Internasional untuk mewakili negara tentu merupakan impian, dan juga suatu kehormatan dan kebanggaan bagi semua orang. Alasan itulah yang kemudian mendorong saya untuk ikut berpartisipasi bersama dengan 24 murid lainnya.

Berlatih selama kurang lebih 4 bulan untuk membawakan 7 tarian tradisional  dari berbagai daerah Indonesia. Kami berlatih keras untuk bisa membawa nama baik Indonesia di mata dunia, sebagai tugas utama kami yang akan menjadi duta kebudayaan Indonesia di acara tersebut. Kami dilatih oleh CIOFF® Indonesia dari kualitas setingkat siswa-siswi SMA sampai akhirnya siap bersaing dengan artis profesional yang akan kami hadapi disana.

Kegiatan festival berlangsung selama satu minggu, yang ditutup dengan kompetisi seni budaya antar negara partisipan. Selama kegiatan festival kami tampil dengan cukup baik. Masyarakat setempat dan negara partisipan pun memberikan apresiasi yang luar biasa terhadapa penampilan kami. Duta Besar Indonesia untuk Turki kala itupun sampai berpergian jauh dari kota Ankara ke kota Yalova hanya untuk menyaksikan penampilan kami selama di festival dan saat kompetisi.

Puncak acara dimeriahkan dengan diadakannya kompetisi antar negara partisipan pada hari terakhir. Penampilan dalam bentuk tarian, drama, musik dan nyanyian, ataupun gabungan dari beberapa penampilan yang mewakili seni budaya masing-masing negara pun diadu. Kami mendapat urutan penampilan kedua, menampilkan gabungan tari Tifa, dari Papua dan Tari Lontar, dari Nusa Tenggara Barat.

Kami memberikan penampilan maksimal, lebih dari yang pernah kami berikan sebelumnya. Tebarkan senyum bahagia dengan harapan untuk menghibur penonton, dengan bangga memperlihatkan seni budaya Indonesia di atas panggung internasional untuk negara tercinta. Malam itu, kami memberikan usaha terbaik kami, dan begitu juga dengan partisipan lainnya.

Saat penentuan tiba dan suasana pun terasa tegang, Semua orang yang hadir antusias untuk mengetahui hasil penjurian. Pemenang juara ketiga dan kedua telah disebutkan, dan nama Indonesia tidak terucap. Mengingat penampilan partisipan lain yang begitu memukau, kami tidak berharap banyak. Kami merasa sudah cukup bangga  dan puas dengan usaha yang telah kami berikan malam itu.

Kemudian MC mengumumkan, “And the first winner is…Indonesia!!”. Sesaat kami semua terdiam saling tatap penuh arti satu sama lain seperti tak percaya dengan apa yang kami dengar. Seluruh penonton dan partisipan riuh bertepuk tangan, menyadarkan kami bahwa kami telah memenangkan kejuaraan tersebut. Seketika kami mulai bersorak dan saling memeluk satu sama lain. Piala diserahkan kepada kami, bendera Indonesia sudah ditangan, dan kami menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama-sama dengan lantang, sambil menangis terharu.

Bangga, satu kata yang bisa mendeskripsikan dengan baik perasaan saya dan teman-teman saat meraih prestasi tersebut. Mendengarkan nama Indonesia dielu-elukan di negara lain, dan betapa besar apresiasi dunia terhadapa budaya Indonesia telah mengubah cara pandang saya. Motivasi yang kemudian muncul untuk terus aktif sebagai duta budaya Indonesia yang terus berusaha agar kebudayaan kita senantiasa dikenal dan dicintai baik oleh masyarakat lokal dan juga internasional.

“A Nation’s culture resides in the hearts and the soul of its people”
–Mahatma Gandhi


Ditulis oleh
Gayatri Annisa Larasati
Staff Blog CIOFF Indonesia